MANAJEMEN
PENANGKARAN DI PUSAT PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENANGKARAN RUSA HUTAN
PENELITIAN DRAMAGA
Nama
Divisi
Konservasi Eksitu, Uni Konservasi Fauna, Institut Pertanian Bogor
Uni
Konservasi Fauna, Jl. Agathis no. 1 Gedung PKM Lt. 1 Bogor, Indonesia
E-mail: grace.ncm94@gmail.com
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pusat
Pengembangan Teknologi Penangkaran Rusa Hutan Penelitian Dramaga berdiri pada
tahun 2008 dan diresmikan pada tanggal 15 Mei 2015. Awalnya, penangkaran ini
terdapat di Haurbentes,
Jasinga. Rusa pertama merupakan sepasang rusa berasal dari Jonggol. Penangkaran
ini kemudian dipindahkan ke Hutan Penelitian Dramaga. Menurut Thohari et al.
(1991), penangkaran adalah suatu kegiatan untuk mengembangbiakan satwa liar
yang bertujuan untuk memperbanyak populasi dengan tetap mempertahankan
kemurnian genetik sehingga kelestarian dan keberadaan jenis satwa dapat
dipertahankan di habitat alam.
Dewasa ini,
Penangkaran Rusa Dramaga berhasil menangkarkan tiga spesies rusa, yaitu rusa
timor (Rusa timorensis), rusa bawean (Axis cuhlii),
dan rusa sambar (Rusa unicolor). Rusa
timor di penangkaran ini berasal dari Alas Purwo dan Taman Safari masing-masing
sebanyak sepuluh ekor. Kebun Binatang Surabaya memberikan dua pasang rusa
sambar dan dua pasang rusa bawean . Rusa dari Kebun Binatang Surabaya dikirim
ke Penangkaran Rusa Dramaga karena bermasalah. Namun, tidak lama setelah
dipindahkan, salah satu rusa dari Kebun Binatang Surabaya mati.
Rusa merupakan
satwa liar yang dilindungi oleh Undang-undang sesuai
Peraturan Pemerintah (PP) No. 7 Tahun 1999 tanggal 27 Januari 1999 tentang
Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. Populasi
Rusa timor (Rusa timorensis) di alam semakin menurun sebagai akibat
adanya perburuan liar dan kerusakan habitat. Dalam hal ini, penangkaran sangat
diperlukan untuk menjaga kemurnian satwa. Sistem perkandangan, manajemen pakan
dan penanganan kesehatan menjadi faktor penting kalangsungan hidup satwa dalam penangkaran.
Tujuan
Tujuan dilakukannya kegiatan ini
adalah mengkaji manajemen penangkaran di Penangkaran Rusa Hutan Penelitian
Dramaga meliputi:
1. Mengkaji fungsi Penangkaran Rusa
Hutan Penelitian Dramaga
2. Mempelajari dan mengkaji sistem penangkaran
di Penangkaran Rusa
Hutan Penelitian Dramaga
3. Memberikan rekomendasi manajemen penangkaran yang baik
untuk Penangkaran Rusa Hutan Penelitian Dramaga.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Kegiatan ini telah dilakukan pada
hari Jumat, 1 Mei 2015 sampai hari Minggu, 3 Mei 2015 di Pusat Pengembangan
Teknologi Penangkaran Rusa Hutan Penelitian Dramaga.
Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah kamera, peta lokasi, buku
lapang, alat tulis, dan boots. Sementara bahan yang digunakan adalah
tallysheet.
Metode
Data yang
diambil berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui
observasi langsung di lapangan dan wawancara dengan keeper (perawat satwa), tukang bersih kandang, dan penanggung jawab
penangkaran. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka yang bersumber dari
laporan kegiatan lain seperti buku, jurnal, serta penelusuran melalui internet.
Data tersebut kemudian dianalisis untuk menentukan
kelayakan Pusat Pengembangan Teknologi Penangkaran Rusa Hutan Penelitian
Dramaga.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis
kelembagaan, pendanaan, tujuan, lokasi dan sarana dan prasarana (klinik satwa, nursery, ruang nekropsi, krematorium,dan
perpustakaan) menunjukkan bahwa lokasi penangkaran rusa di Kampus IPB Darmaga
dapat dinyatakan layak untuk dikembangkan sebagai areal penangkaran rusa.
Tabel 1 Gambaran umum Penangkaran
Rusa HP Dramaga
Profil lembaga
|
|
Kelembagaan
Pendanaan
Tujuan
Lokasi
Jumlah satwa
Sarana dan Prasarana
1.
Klinik Satwa
2.
Nursery
3.
Ruang
Nekropsi
4.
Krematorium
5.
Perpustakaan
|
Litbang
Litbang
Penelitian, pengembangan teknologi, penyedia bibit
anakan rusa
Hutan Penelitian Dramaga, Bogor
38 ekor
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
|
Penangkaran rusa
di Hutan Penelitian Dramaga berdiri pada tahun 2008 dan diresmikan pada tanggal
15 Mei 2015. Penangkaran ini didirikan
untuk penelitian, pengembangan teknologi dan penyedia bibit anakan rusa
timor (Rusa timorensis), rusa bawean (Axis cuhlii),
dan rusa sambar (Rusa unicolor). Penangkaran ini memiliki beberapa sarana dan prasarana
penangkaran seperti kantor informasi, gudang
keeper, gudang pakan, tempat pengumpulan limbah, dan gudang peralatan.
Lokasi
penangkarang rusa HP Dramaga awalnya merupakan tanah masyarakat yang dibeli
oleh litbang, dan masuk wilayah HP Dramaga seluas 60 ha. Penangkaran ini terletak disamping area wisata danau situ
gede. Secara administrasi hutan penelitian
dramaga termasuk dalam wilayah Kelurahan Situ Gede dan Desa Bubulak Kecamatan
Bogor Barat Kotamadya Bogor.
Lokasi
penangkaran harus berada pada tempat yang tenang, aman dari gangguan predator,
mudah dicapai, baik pada musim hujan maupun pada musim kemarau, tersedia air
sepanjang tahun dan permukaan tanahnya jangan berbatu, akan lebih baik bila di
sekitarnya terdapat lapangan perumputan.
Program Pemeliharaan yang Baik (Good Care Practices)
Berdasarkan
pengamatan di lapangan, dapat disarikan bahwa program pemeliharaan yang baik
(good care practices) perlu didukung dengan manajemen di bidang (1) sumberdaya
manusia, (2) perkandangan, (3) pakan, (4) pengendalian (restrain), dan
(5) pendataan
Manajemen
Sumber Daya Manusia di Penangkaran
Rusa HP Dramaga
Secara garis
besar, manajemen SDM meliputi penentuan kompetensi SDM yang tersedia, prosedur
keamanan bagi petugas agar tetap higienis dalam bekerja, prosedur yang
berhubungan dengan kesehatan petugas seperti pemeriksaan rutin dan imunisasi,
pelatihan petugas, serta evaluasi kinerja rutin.
Tabel 2 Profil manajemen sumberdaya
manusia di Penangkaran Rusa HP Dramaga
PROFIL
|
|
· Kompetensi SDM
1. Tenaga Ahli
2. Perawat Satwa
· Prosedur Keamanan
1. Pakaian dan
peralatan khusus
2.
Footbath
3. Larangan makan,
minum, merokok di area
4. Pelatihan
penanganan
· Prosedur keselamatan
1. Frekuensi dan
prosedur pemeriksaan
2. Imunisasi
·
Evaluasi
kinerja secara rutin
|
Dokter hewan (1 orang)
Keeper (3 orang)
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak
ada
Tidak
ada
Tidak
ada
Tidak
ada
|
Pekerja tetap di
penangkaran rusa HP Dramaga adalah tiga
orang tukang rumput, satu orang
pembersih kandang, tiga
orang keeper. Tukang rumputnya
merupakan pekerja harian
lepas. Penangkaran dijaga secara giliran (rolling).
Selain keeper yang tetap, ada juga keeper tambahan. Dokter hewan yang
mengontrol penangkaran ini sebanyak tiga
orang, akan tetapi yang masih aktif hanya satu orang yaitu drh. Robi.
Pada umumnya
SDM yang bekerja meliputi petugas dengan kompetensi sebagai kurator (ahli
perilaku dan biologi satwa), dokter hewan, paramedis,dan perawat satwa. Menurut
Silberrnan (1993), setiap petugas harus (a) mengetahui dan
melaksanakan prosedur keamanan, (b) mengetahui dan waspada terhadap perilaku
agresif satwa, (c) terlatih dalam mengendalikan satwa dan higiene personal,
serta (d) selalu ingat potensi substansi berbahaya dan resiko yang mungkin
ditemui di lapangan termasuk potensi zoonosis.
Berdasarkan
pengamatan di lapangan, lokasi studi belum menerapkan prosedur keamanan kerja
dengan baik. Standar prosedur kerja yang higienis harus diterapkan secara ketat
dan disiplin. Silberman (1993) menyatakan bahwa perawat satwa wajib menggunakan
perlengkapan khusus saat bekerja yang meliputi pakaian khusus (wearpack), masker, sarung tangan, dan
sepatu boot. Setelah bekerja, perawat wajib mencuci tangan, kaki, dan bagian
tubuh terbuka lainnya. Pakaian dan sepatu harus didesinfeksi dan disimpan di
tempat khusus. Selain itu juga dilakukan pelarangan makan, minum, dan merokok
di area kandang.
Manajemen
Perkandangan di Penangkaran Rusa HP
Dramaga
Profil
manajemen perkandangan di empat lokasi studi disajikan pada Tabel 3. Pada tabel
tersebut dapat dipelajari jenis kandang, ukuran kandang, konstruksi kandang,
jumlah kandang, dan fasilitas kandang
Tabel 3 Jenis,
ukuran, dan konstruksi kandang rusa di Penangkaran Rusa HP Dramaga
No
|
Jenis kandang
|
Ukuran kandang
|
Konstruksi kandang
|
Jumlah kandang
|
Fasilitas kandang
|
1
|
Kandang pembesaran
|
(6x12)m2
|
Dikelilingi oleh tembok dari
beton dan kawat harmonika terbungkus plastik,lantai terbuat dari semen, pintu
besi
|
2
|
Tempat makan, tempat minum
|
2
|
Kandang pembiakan
|
(6x12)m2
|
Dikelilingi oleh tembok dari
beton dan kawat harmonika terbungkus plastik,lantai terbuat dari semen, pintu
besi
|
2
|
Tempat makan, tempat minum,
kandang isolasi untuk rusa hamil, tegakan kayu
|
3
|
Kandang pedok
|
(30x30)m2
|
Besi dan kawat harmonika
terbungkus plastik, lantai tanah berlumpur
|
1
|
Tempat makan, tempat minum,
tempat berteduh, tegakan pohon
|
4
|
Kandang individu
|
(1.5x2)m2
|
Tembok beton dan kawat harmonika
terbungkus plastik, lantai semen, pintu kayu
|
16
|
Tempat makan
|
5
|
Lorong penggiringan
|
(2x13.5)m2
|
Dikelilingi pagar besi dan kawat
harmonika terbungkus plastik, lantai semen
|
1
|
Tempat berteduh
|
6
|
Kandang jepit
|
(2.5x8)m2
|
Kayu, besi, lantai semen
|
1
|
Alat untuk menjepit rusa
|
Manajemen
perkandangan meliputi ukuran kandang, jumlah populasi, unsur, pengayaan,
keamanan dan sanitasi (frekuensi,
alat dan cara).
System perkandangan yang ada di hutan penelitian ini terdiri dari delapan macam kandang yaitu dua kandang pembiakan, dua kandang pembesaran, satu kandang pedok, satu kandang jepit, delapan kandang individu dan satu lorong yang dijadikan
sebagai kandang.
Ukuran kandang yang berada di penangkaran rusa HP Dramaga
berbeda-beda. Kandang pembesaran dan pembiakan berbentuk persegi
panjang dengan ukuran 6 × 12 m2. Kandang individu
memiliki ukuran 1,5 × 2 m2. Kandang pedok berukuran 30 x 30 m2. Lorong penggiringan berukuran 2 x 13.5 m2 sedangkan
kandang jepit berukuran 2.5 x 8 m2 .
Kandang dikelilingi
dinding dari semen setinggi 1 m. Bagian atas
kandang ini terdiri dari kawat harmonika yang
dilapisi plastik. Terdapat bangunan peneduh yang digunakan rusa untuk berteduh
ketika cuaca hujan. Saluran air di dalam tertata dan berfungsi dengan baik.
Tetapi, saluran air di luar kandang tidak teririgasi dengan baik. Di dalam ruangan-ruangan
tersebut terdapat tempat pakan dan tempat pemberian air minum rusa. Di kandang
pembiakan dan kandang pedok juga terdapat tegakan.
Meskipun bentuk
kandang di lokasi studi bervariasi, umumnya faktor yang menjadi perhatian
adalah faktor kepentingan satwa dan perawat satwa. Untuk kepentingan satwa, kandang
harus dapat memenuhi kebutuhan biologis satwa, memungkinkan perilaku bebas dan
alami, membuat satwa betah dan nyaman, serta kandang harus sehat, mudah
dibersihkan dan didesinfeksi untuk menghindari penyakit. Adapun untuk
kepentingan perawat satwa, kandang harus memungkinkan perawat satwa bekerja
maksimal dan seaman mungkin, serta dapat mendekati satwa sedekat mungkin namun
tetap aman.
Menurut PKBSI
(1995), perkandangan sangat mempengaruhi perkembangan satwa, terutama
perilakunya. Karena itu, sedapat mungkin lingkungan kandang harus mirip dengan
habitat alaminya, sehingga dapat mengurangi munculnya kelainan perilaku. Untuk
mewujudkan hal ini, perlu dilakukan pengayaan lingkungan atau environmental
enrichment yang bertujuan mengurangi timbulnya kebosanan dan perilaku yang
tidak diinginkan pada satwa yang dikandangkan.
Habitat yang
disukai rusa timor adalah hutan yang terbuka, padang rumput, savana, semak,
bahkan sering dijumpai juga pada aliran sungai (sumber air) dan daerah yang berawa
(Garsetiasih 1996). Rusa timor di SM Pulau Menipo di NTT, memanfaatkan tegakan
lontar dan hutan bakau sebagai tempat beristirahat (Sutrisno 1993). Cover
merupakan komponen habitat yang mampu memberikan perlindungan dari cuaca, predator
atau kondisi yang lebih baik dan menguntungkan. Vegetasi merupakan cover
penting dalam kehidupan satwa, karena bukan hanya pakan saja yang termasuk
didalamnya tetapi perlindungan terhadap cuaca dan predator juga merupakan
bagian dari vegetasi.
Manajemen
Pakan di Penangkaran Rusa HP Dramaga
Profil
manajemen pakan di lokasi studi ditampilkan dalam Tabel 4. Pada tabel tersebut
dapat dipelajari mengenai jadwal pemasokan dan sumber pakan, kontrol yang
dilakukan untuk menjaga kualitas pakan, frekuensi pemberian pakan, jenis pakan
yang diberikan serta ketersediaan air bersih, untuk meningkatkan daya tahan tubuh
satwa
Tabel 4 Profil
manajemen pakan di Penangkaran Rusa HP Dramaga
Manajemen
Pakan
|
Keterangan
|
1.
Jadwal
2.
Sumber
3.
Frekuensi
Pemberian
4.
Menu Pakan
5.
Air Bersih
6.
Pemberian
Suplemen
7.
Kontrol
Kualitas
|
Pagi dan sore
Hutan, kebun pakan
2 kali sehari
Rumput gajah, rumput solaria,
rumput paspalum, ubi kayu
Tidak ada
Ada
Tidak ada
|
Pemberian pakan
pada rusa tergantung pada ukuran dan usia rusa. Lima kilogram rumput dapat dihabiskan oleh
empat hingga lima ekor rusa. Pemberian
pakan kepada rusa dilakukan dua kali sehari pada pukul 07.00-08.00 dan pukul
15.00.
Ketika berumur
kurang dari satu minggu, rusa mengonsumsi susu. Setelah berumur lebih dari satu
minggu, rusa sudah dapat mengonsumsi rumput. Jenis rumput yang dimakan antara
lain: rumput gajah, rumput solaria, dan rumput paspalum. Makanan pelengkap bagi
rusa, yaitu: ubi kayu, ubi jalar, wortel, dan kangkung. Rusa mendapat makanan
pelengkap dari pengunjung dan keeper.
Banyaknya makanan pelengkap yang dikonsumsi tergantung jumlah pengunjung yang
datang. Pada hari libur, wortel yang terjual dapat mencapai 20 kg – 1 kwintal
tergantung kondisi.
Menurut Ullrey
dan Allen (1993), menu pakan dan kesehatan memiliki hubungan yang berkaitan.
Makanan merupakan dasar dalam menjalankan fungsi normal metabolisme, sehingga
pakan yang diberikan harus mengandung nutrisi yang dibutuhkan satwa yaitu air,
karbohidrat, lemak, protein, mineral, dan vitamin. Menu pakan dengan defisiensi
atau kelebihan nutrisi dapat mempengaruhi perjalanan suatu infeksi penyakit.
PKBSl (1995) menjelaskan bahwa dalam penentuan kualitas dan kuantitas pakan
harus rnempertimbangkan jenis makanan yang dirnakan di habitat asli, kandang
dan lingkungan sekitar, dan spesies pembanding yang persyaratannya diketahui.
Berdasarkan
pengamatan di lapangan, lokasi studi telah mernberikan pakan dengan kuantitas
dan kualitas yang sedang. Untuk mencegah pernbusukan, pakan diambil maksimal
dua belas jam sebelum dikonsumsi satwa. Pakan
disimpan di atas tossa selama maksimal dua hari.
Penangkaran
rusa HP Dramaga memiliki kebun pakan seluas 1,7 ha, salah satunya menanam rumput
gajah. Rusa lebih menyukai rumput dari alam, namun rumput dari alam terbatas
sehingga dilakukan uji coba untuk memenuhi kebutuhan protein rusa, pakan
diambil dari kebun pakan juga. Pakan yang diberikan terdiri atas sasawuheun,
pulus ayam, cacabean, ki pahit, kawatan dan teklan. Selain itu, rusa juga
memakan sorgum yang identic dengan produksi bioethanol. Jenis pakan yang
diberikan pada rusa tidak terkontrol oleh keeper karena
pada saat pemberian pakan ditemukan jenis rumput yang tidak seharusnya
diberikan, seperti pulus ayam. Pulus ayam apabila dimakan oleh rusa maka akan
menimbulkan rasa gatal. Contoh beberapa jenis
rumput-rumputan yang disukai rusa timor adalah Andropogon contortus, Eragrostis bahiensis, Andropogon fastigiatus,
Desmodium capitulum, Micrilaena stipoides, Paspalum scrobicu latum, Eragrostis
uniloides, Remirea maritama, Pollinia fulva, Indigofera glanddulosa, Mollugo
pentaphyla, Euphorbia reniformis, Botriochloa glaba, Setaria adhaerens dan Choris barbata.
Tempat pakan
harus mudah dijangkau petugas yang memberi pakan, tetapi penempatannya
memungkinkan bagi rusa memakan dari segala arah. Tempat pakan diberi peneduh
untuk menghindari pakan mudah kering karena kepanasan atau basah karena
kehujanan. Apabila jumlah rusa yang ditangkar cukup banyak dalam satu areal penangkaran, tempat pakan dapat dibuat di
beberapa tempat agar tidak terjadi persaingan makanan antara individu rusa.
Ukuran tempat pakan yang disesuaikan dengan jumlah rusa yang dipelihara. Lantai
tempat pakan dapat dibuat dari semen atau papan. Bentuk tempat pakan yang
dibuat panggung akan mengurangi sisa pakan yang terbuang karena diinjak-injak
atau bercampur dengan kotoran (Takandjandji 2006).
Manajemen Data dan lnformasi
Berdasarkan pengamatan di lapangan, diketahui belum
terdapat sistem pendataan di lokasi studi, sehingga menyebabkan kesulitan dalam
pengumpulan informasi. Pada umumnya data dan informasi yang dicatat meliputi
informasi umum (morfologi, habitat alami, perilaku, dan status konservasi),
data dasar (nama, jenis kelamin, lokasi kandang, riwayat asal-usul, serta
perkiraan umur atau data kelahiran dan kematian), serta arsip korespondensi dan
perizinan. Pendataan ini berperan penting dalam mengembangkan metode
pemeliharaan yang tepat, penelitian, penjagaan informasi saat terjadi transfer
satwa, dan mengontrol peredaran satwa.
Program
Medis Yang Baik (Good Medical Practices)
Berdasarkan
studi di lokasi, dapat disarikan bahwa program medis memegang peranan penting
dalam pelaksanaan konservasi eksitu. Program medis ini meliputi (1) pemeriksaan
kesehatan, (2) tenaga kesehatan, (3) perlakuan satwa bunting dan (4) penanganan
satwa sakit.
Tabel 5 Gambaran kondisi pengelolaan kesehatan rusa
di Penangkaran Rusa HP Dramaga
Aspek
Kesehatan
|
Deskripsi
|
Kondisi Satwa
|
Tidak ada tanda-tanda satwa
sakit, dua rusa dalam keadaan bunting, satu rusa baru melahirkan, dua rusa
masih menyusui, dua anak rusa berada dalam kondisi kurus
|
Frekuensi pemeriksaan kesehatan
|
Tiga sampai enam bulan sekali
melalui pemeriksaan feses
|
Catatan kesehatan satwa
|
Buku silsilah individu berupa studbook dan kejadian penting meliputi
satwa lahir, satwa sakit, satwa mati
|
Fasilitas medis
|
Tidak ada
|
Jumlah tenaga kesehatan
|
1 orang dokter hewan
|
Jenis obat
|
Semua jenis obat bersifat emergency
dan jangka pendek tersedia
|
Kondisi tempat penyimpanan obat
|
Obat terletak di gudang
|
Persiapan penanganan satwa sakit
|
Keeper
menghubungi dokter hewan apabila ada satwa yang terlihat kurang sehat,
kemudian dokter hewan memeriksa satwa dan apabila dibutuhkan diberikan
pengobatan melalui pakannya
|
Pengaturan Perkawinan
|
Melalui sistem rotasi kandang,
rusa jantan digilir kandangnya
|
Perlakuan satwa bunting
|
Tidak ada
|
Kondisi
satwa di penangkaran rusa HP Dramaga cukup baik. Hingga saat ini tidak terdapat
rusa sakit. Terdapat dua
rusa dalam keadaan bunting, satu rusa baru melahirkan, dua rusa masih menyusui,
dan dua anak rusa berada
dalam kondisi kurus di penangkaran
ini. Pemeriksaan kesehatan dilakukan tiga bulan sekali dengan menggunakan
feses.
Terdapat buku
silsilah individu berupa studbook dan
kejadian penting meliputi satwa lahir, satwa sakit, dan satwa mati. Tetapi buku ini bersifst pribadi. Tidak terdapat
fasilitas medis di penangkaran ini. Tetapi di penangkaran sudah tersedia
obat-obat emergensy dan jangka
pendek. Apabila ada rusa yang sakit, maka keeper akan menghubungi dokter hewan.
Tabel 6 Jenis dan cara pengobatan penyakit rusa di
Penangkaran Rusa HP Dramaga
Jenis
Penyakit
|
Gejala
|
Penyebab
|
Cara
Pengobatan
|
Kembung
|
Hidung
mengeluarkan cairan, rusa tergopoh-gopoh
|
Lingkungan,
udara, suhu, temperatur
|
Meticon,
trokhan
|
Pneumonia
|
Rusa semakin
kurus, nafsu makan menurun, rusa cenderung soliter
|
Cuaca,
faktor lingkungan, udara lembab
|
|
Infeksi
parasit (cacing, helmin)
|
Rusa
cenderung kurus
|
Kontrol
pakan yang kurang baik, adanya telur cacing pada pakan
|
Pemberian
obat
|
a.
Rumen bloat (kembung pada perut
rumen)
Rumen bloat (kembung pada perut rumen) disebabkan karena akumulasi gas yang
berlebihan di dalam rutmen hewan ruminansia. Seringkali bloat ringan seperti
ini dapat sembuh dengan sendirinya. Namun, apabila kejadian berlanjut dan tidak
ditangani, akumulasi gas terjebak ini akan membentuk buih/busa (froathy bloat)
yang akan semakin sulit bagi sapi untuk mengeluarkannya. Kondisi rumput yang masih basah juga merupakan salah satu penyebab dari
terjadinya kembung.
Biasanya kembung akan terlihat setelah 15-30 menit setelah konsumsi pakan yang berkonsentrat tinggi. Pada kasus yang ringan gejala kembung akan
mengempis spontan dan kontraksi rumen akan normal kembali setelah 3-4 jam. Kondisi kembung yang
berlangsung lama menunjukkan gejala klinis yang khas. Sisi perut bagian kiri
mengembung/menonjol, jika ditepuk bersuara nyaring. Sapi akan terlihat sesak
nafas dan menendang-nendang bagian
perut. Lesu dan tidak mau makan. Pada anak sapi yang terkena kembung akan
menunjukkan gejala kolik. Pada kasus akut dapat menyebabkan kematian.
Pada kasus kembung karena busa, dapat diberikan beberapa agent yang
memiliki sifat antibusa. Obat-obat tradisional yang memiliki sifat antibusa
antara lain minyak-minyak tumbuhan. Dapat dilakukan juga pemberian obat-obatan
khusus untuk mengatasi kembung seperti timpanol, poloxalone, ataupun cresol.
Selain itu juga dapat dilakukan pemberian antibiotik untuk menekan produksi gas
dalam rumen.
Untuk mencegah terjadimya kasus kembung di perlukan manajemen dan
perencanaan yang baik, karena dapat mengurangi secara signifikan jumlah kasus.
Hindari pemberian pakan konsentrat dalam jumlah yang banyak. Selain itu hindari
juga pemberian rumput yang masih segar dan basah. Usahakan rumput yang
diberikan telah mengalami pelayuan terlebih dahulu. Hindari pemberian pakan
dari golongan leguminosa atau kacang-kacangan yang berpotensi menyebabkan
terjadinya kembung. Penyediaan air minum secara tidak terbatas (ad libitum). Pencegahan penyakit kembung
akan lebih mudah dilakukan dari pada mengobatinya.
b.
Brucellosis
Yang disebabkan oleh beberapa marga dari bakteri brucella, merupakan
penyakit menular pada kelompok mamalia. Untuk daerah yang tinggi terhadap arus
lalulintas perpindahan hewan. Seringkali penyebaran ini tidak terkontrol,
akibat utama dari serangan brucellasis adalah keguguran (umumnya di sebabkan
oleh brucella abortus) pada rusa tropis masih belum diketahui secara pasti
tingkat ketahanan tubuhnya.
c.
Capture myopathy
Capture myopathy atau white muscle disease merupakan suatu sindrom yang
menjadi salah satu penyebab kematian hewan, terutama pada satwa liar. Kematian
disebabkan oleh respon fisiologi yang berlebihan dari hewan terhadap stress
lingkunga. Keadaan ini terutama terjadi pada proses penanganan hewan, baik saat
penangkapan, pembiusan maupun relokasi (pengangkutan).
d.
Blackleg
Menurut Subronto 1995, Penyakit Blackleg dapat menyerang
rusa dan bersifat akut dengan tanda khas terjadinya kebengkakan
serohaemorhagik disertai kripitasi dari otot – otot tebal terutama otot paha. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Clostridium
chauvoei. Selain Clostridium
chauvoei, radang paha juga disebabkan oleh Clostridium septicum miskipun kejadiannya langka.
Gejala-gejala penyakit ini antara lain demam tinggi, kurang nafsu makan,
depresi, kepincangan dan diikuti oleh pembengkakan yang muncul dari dalam otot
seperti pinggul, panggul, dada atau bahu. Bagian yang
mengalami pembengkakan menyebar dan mempunyai konsistensi yang lembek,
menghasilkan karakteristik yang berderak apabila ditekan dengan tangan hal ini
desebabkan oleh adanya gas dibawah kulit (Anonimous, 2007). Kematian terjadi mendadak antara 1-2 hari setelah timbul gejala serta dapat
terjadi pendarahan pada hidung dan dubur.
Pengobatan hewan sakit dapat dilakukan dengan suntikan penisilin dosis tinggi. Hewan yang mati karena radang paha dilarang dipotong untuk dikonsumsi
dagingnya. Bangkai dimusnahkan, kandang serta peralatan disucihamakan dengan
desinfektan (Anton, 2004).
Usaha
pengobatan untuk penyakit ini kurang menguntungkan. Maka hanya dapat dilakukan
pengendalian seperti:
1. Memindahkan
hewan dari padan rumput ke kandang yang lebih kecil dan aman sehingga mereka
dapat diamati secara teliti.
2. Vaksinasi,
kebanyakan sapi divaksin pada saat berusia beberapa bulan sampai 8 bulan.
Vaksinasi bersifat unik karena vaksin yang tersedia memiliki sistem imunitas
yang tinggi sedangkan harga sangat murah.
3. Semua hewan
secara serentak diberi suntikan pencegahan dengan menggunakan penisilin dan
benzatin penisilin. Suntikan pencegahan dapat mencegah timbulnya penderita baru
meskipun bahaya penularan tetap mengancam menjelang akhir minggu pertama saat
antibiotik sudah menghilang, sementara kekebalan yang ditimbulkan belum cukup
kuat.
Penandaan (Tagging)
Kode individu
pada rusa diberikan dengan memberikan tagging di telinga rusa bertuliskan nomor
yang menandai keturunannya. Tagging berwarna oranye dan berbentuk bulat. Akan
tetapi, tagging yang diberikan sebagian besar hilang dan hanya beberapa ekor
saja yang masih memiliki tagging.
Penandaan atau
pemberian nomor pada rusa merupakan hal penting dalam manajemen penangkaran. Pada rusa induk untuk
bibit penandaan sebaiknya dilakukan sebelum anak rusa disapih. Tujuan penandaan
atau pemberian nomor adalah untuk mengetahui silsilah (pedigree), umur,
sehingga memudahkan dalam pengontrolan dan dalam pengenalan setiap individu.
Selain itu juga memudahkan pengaturan perkawinan antara individu yang
diinginkan. Pemberian nomor pada rusa dilakukan dengan cara nomor ditulis pada
potongan plastik atau papan yang tebal dan digantung pada leher rusa. Penulisan
nomor menggunakan 4-5 angka. Angka pertama menunjukkan tahun kelahiran; angka
kedua dan ketiga adalah bulan kelahiran; angka keempat menunjukkan nomor induk
(angka akhir saja); dan angka kelima merupakan nomor urut anak. Contoh nomor
3223, artinya individu rusa tersebut lahir pada tahun 2003, bulan Pebruari,
dari induk yang mempunyai nomor berakhiran 2; dan induk tersebut telah
melahirkan anak sebanyak 3 kali.
SIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan terhadap penangkaran rusa HP
Dramaga hdapat disimpulkan bahwa :
1.
Penangkaran rusa HP
Dramaga didirikan untuk penelitian, pengembangan teknologi dan penyedia bibit
anakan rusa timor (Rusa timorensis), rusa bawean (Axis
cuhlii),
dan rusa sambar (Rusa unicolor).
2.
Penangkaran rusa HP Dramaga kurang memenuhi standar penangaan satwa seperti
dalam hal manajemen di bidang (1) sumberdaya manusia, (2)
perkandangan, (3) pakan, (4) pengendalian (restrain), dan (5) pendataan
sehingga butuh perbaikan sehingga penangkaran ini perlu mengadakan perbaikan.
Saran
1. Kandang rusa seharusnya didesain mirip seperti habitas
aslinya. Hal tersebut dapat diimplementasikan dengan menaruh beberapa tegakan,
semak dan aliran air.
2. Sebaiknya diadakan suatu pendataan setiap rusa untuk
mempermudah dalam mengembangkan metode pemeliharaan yang tepat,
penelitian, penjagaan informasi saat terjadi transfer satwa, dan mengontrol
peredaran satwa.
3. Penandaan atau pemberian nomor pada rusa merupakan hal penting dalam manajemen penangkaran sehingga penangkaran rusa
HP Dramaga perlu melakukan hal tersebut untuk mengetahui silsilah (pedigree), umur,
sehingga memudahkan dalam pengontrolan, pengenalan dan perkawinan antara
individu. Pada rusa induk untuk bibit penandaan sebaiknya dilakukan sebelum
anak rusa disapih.
4. Perlu diterapkan prosedur keamanan
kerja dengan baik seperti perawat satwa wajib menggunakan perlengkapan khusus
saat bekerja yang meliputi pakaian khusus (wearpack),
masker, sarung tangan, dan sepatu boot. Setelah bekerja, perawat wajib mencuci
tangan, kaki, dan bagian tubuh terbuka lainnya. Pakaian dan sepatu harus
didesinfeksi dan disimpan di tempat khusus. Selain itu juga perlu dilakukan
pelarangan makan, minum, dan merokok di area kandang.
DAFTAR PUSTAKA
Pramesywari W. 2008. Implementasi Medik
Konservasi pada Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert 1798): Studi Kasus pada Empat Tempat Lembaga
Konservasi Eksitu di Indonesia [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor
Takandjandji M, Setio P, Mukhtar AS. 2009. Analisis
Finansial Penangkaran Rusa Timor di Hutan Penelitian Dramaga, Bogor (Financial Analysis of Captive Breeding of
Timor Deer atDramaga Forest Research, Bogor)
Garsetiasih R, Takandjandji M. 2006. Model
Penangkaran Rusa. Prosiding Ekspose
Hasi-hasil Penelitian: Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan, di Padang,
Pusat penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. 35-36