Hidup tanpa menggunakan minyak sawit
adalah suatu kemustahilan. Minyak sawit adalah
minyak nabati yang dapat dikonsumsi, berasal dari daging buah kelapa sawit.
Untuk memperoleh minyak sawit tersebut, buah dari tanaman kelapa sawit harus
melalui proses penekanan atau diperas di pabrik-pabrik pengolahan minyak sawit.
Minyak sawit digunakan dalam berbagai macam produk, dari mentega, dan cokelat,
hingga es krim, sabun, kosmetik, bahan bakar mobil dan pembangkit listrik. Hal
ini membuat jumlah minyak sawit yang dikonsumsi sangat banyak dan terus
bertambah.
Isu kelapa sawit yang tidak ramah
lingkungan saat ini memang sedang marak. Dalam prakteknya, perkebunan kelapa
sawit memang menimbulkan berbagai masalah. Pertama, untuk membuka lahan
perkebunan kelapa sawit, perusahaan yang tidak bertanggung jawab seringkali
menggunduli dan membakar hutan. Aktifitas tersebut melepaskan karbondioksida ke
atmosfir sehingga sangat berbahaya bagi kesehatan dan juga lingkungan secara
umum. Kedua, korversi hutan alam sebagai perkebunan kelapa sawit menyebabkan
masalah biodiversitas dan berkurangnya luas hutan alam. Kelapa sawit akan
membunuh tumbuhan di sekitarnya. Ketiga, tanaman kelapa sawit juga merupakan
tanaman yang rakus air. Ketersediaan air tanah pada lahan yang menjadi
perkebunan kelapa sawit tersebut akan semakin berkurang. Hal ini akan
mengganggu ketersediaan air, tidak hanya bagi manusia namun bagi tanaman lain.
Dengan berkurangnya kuantitas air pada tanah dapat menyebabkan para petani akan
sulit mengembangkan lahan pertanian pasca lahan perkebunan kelapa sawit ini
beroperasi. Jika dibiarkan tanpa antisipasi atas dampak jangka panjang, maka
lahan demikian akan menjadi terlantar dan pada akhirnya akan menjadi lahan
kering juga gersang yang terbengkalai.
Dampak lingkungan tersebut memang cukup
mengkhawatirkan. Namun bukan berarti tidak ada solusi yang bisa dikembangkan
guna mengantisipasi dampak tersebut. Terdapat berbagai solusi untuk mengatasi
permasalahan perkebunan kelapa sawit. Penghentian konversi hutan alam menjadi
perkebuan minyak sawit dapat menjadi salah satu solusinya. Diharapkan terdapat
batas yang jelas antara hutan alam dan perkebunan minyak sawit. Kedua sektor
tersebut sangat penting bagi kehidupan manusia. Penggunaan bibit pohon sawit
yang memiliki produktivitas tinggi. Jadi, meskipun lahan yang digunakan
terbatas, produksi minyak sawit tetap maksimum.
Dalam pembukaan perkebunan kelapa sawit,
perusahaan harus mempertimbangkan ketersediaan pasokan air dari proses
penanaman hingga pasca panen. Air sangat berpengaruh pada konservasi hutan
jangka panjang yang akan membantu konservasi lahan sawit menjadi lahan
pertanian atau pembuatan ulang hutan. Selain itu, diharapkan dalam
penggunaannya, perusahaan tidak hanya menggunakan pupuk kimia, tetapi harus
dikombinasi dengan pupuk organik berbasis bioteknologi yang memiliki kadar
mikroba penyubur tanah. Penggunaan pupuk kimia yang lebih berorientasi pada
pertumbuhan tanaman harus dikombinasi dengan pupuk organik yang berorientasi
pada kesuburan tanah dengan menjaga proses biologi dan kimia tanah tetap
berlangsung. Berbagai solusi tersebut diharapkan dapat memimalkan dampak buruk perkebunan
minyak sawit terhadap lingkungan.
Lingkungan tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Masyarakat yang berfungsi sebagai konsumen harus mengawasi
perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan produk kelapa sawit dalam upaya penyelamatan
lingkungan terhadap dampak minyak sawit di dunia khususnya di Indonesia.
Masyarakat harus selektif dalam mengkonsumsi suatu produk berbahan minyak
sawit. Masyarakat seharusnya hanya mengkonsumsi produk minyak sawit yang
produsennya melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social
responsibility). Dalam hal ini, konsumen harus terus mengetahui berbagai program
CSR dan pelaksanaannya. Salah satu program CSR perusahaan di bidang lingkungan
seperti mendirikan pabrik kompos dari limbah kelapa sawit, baik padat maupun
cair. Selain itu, kegiatan CSR lainnya adalah konservasi hutan jangka panjang
yang akan membantu balik lahan sawit menjadi lahan pertanian atau pembuatan
ulang hutan. Usaha tersebut sangat penting dilakukan oleh perusahaan karena
lahan yang telah digunakan sangat sulit untuk diolah kembali. Diharapakan
perusahaan tidak serta merta meninggalkan lahan setelah pemanfaatan tetapi
harus memperbaiki fungsi lahan hingga berfungsi optimal kembali.
Cara mengetahui bahwa perusahaan telah
bertanggung jawab adalah dengan memastikan bahwa perusahaan yang dimemproduksi
barang memiliki merek dagang RSPO dan memiliki Certified Sustainable Palm Oil
(CSPO) atau bersertifikasi sebagai minyak sawit keberlanjutan. Produk-produk
dengan sertifikat ini menggunakan praktek berkelanjutan untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan sosial dan lingkungan. Langkah ini dapat membantu
meminimalisasi dampak negatif perkebunan minyak sawit terhadap lingkungan dan
komunitas di daerah-daerah penghasil minyak sawit.
Referensi
Tulisan