BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR
BELAKANG
Pada
saat ini aksesoris pria dan
wanita sangat beragam. Aksesoris
tersebut kadang hanya digunakan untuk pelengkap dan mempermanis diri saja. Saat ini, dibutuhkan aksesoris
yang tidak hanya memiliki nilai estetika saja tetapi juga
memberikan manfaat bagi penggunanya.
Jam
tangan (Arloji) adalah penunjuk waktu yang dipakai di
pergelangan tangan manusia. Jam tangan elektrik pertama kali diperkenalkan pada
tahun 1957 di Lancaster, Pennsylvania, Amerika
Serikat. Inovasi tentang jam tangan elektrik (digital)
telah dimulai sejak tahun 1946. Setelah itu, munculah beberapa merek jam tangan
yang masih ada hingga kini.
Pada
saat ini jam tangan tidak hanya
digunakan untuk aksesoris atau sekedar fashion. Jam tangan sudah menjadi
kebutuhan bagi sebagian besar
masyarakat. Di era modern ini, manusia semakin sibuk sehingga waktu terasa
cepat. Dalam melakukan berbagai hal dibutuhkan ketepatan waktu agar aktivitas
yang dijalani sesuai dengan jadwal dan teratur.
Salah satu merek jam tangan yang sedang tren adalah merek
jam tangan “Matoa”. Jam tangan “Matoa” merupakan merek jam tangan yang
berbahan kayu diproduksi dan diciptakan oleh warga indonesia. Jam tangan ini
merupakan jam tangan buatan tangan dengan kualitas internasional. Produk ini merupakan
produk baru karena mulai dipasarkan pada tahun 2013. Dalam pemasarannya,
dibutukan merek yang tepat agar dapat dikenal masyarakat. oleh karena itu,
pengidentifikasian merek sangat penting dilakukan.
1.2.
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
arti merek “Matoa” dari segi persepsi merek dan
transformasi merek?
2. Apa
kunci komponen merek “Matoa” dari
segi identitas merek, posisi dan janji merek, dan memanfaatkan ekuitas merek?
3. Bagaimana
merek “Matoa”
dalam memenuhi prinsip IMC ke satu, prinsip IMC kedua, dan
prinsip IMC ketiga?
1.3.
TUJUAN
1. Mengetahui
arti merek “Matoa” dari segi prersepsi
merek dan transformasi merek
2. Mengetahui
kunci komponen merek “Matoa” dari
segi identitas merek, posisi dan janji merek, dan memanfaatkan ekuitas merek
3. Mengetahui
merek “Matoa”
dalam memenuhi prinsip IMC ke satu, prinsip IMC kedua, dan prinsip IMC ketiga
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Arti Merek MATOA
2.1.1. Persepsi Merek MATOA
Manurut
Stanton dan Lamarlon (1994), merek adalah nama, istilah simbol atau desain
khusus atau beberapa kombinasi unsur-unsur yang dirancang untuk
mengidentifikasi barang atau jasa yang ditawarkan penjual. Merek produk ini
adalah “Matoa”. Nama
“Matoa” diambil dari nama jenis pohon
Matoa yang tumbuh di daratan Papua yang tergolong pohon besar dengan tinggi rata-rata 18 meter
dengan diameter rata-rata maksimum 1 meter, dimana pohon ini
dikenal mampu tumbuh semakin tinggi, besar, dan kokoh meskipun melewati
berbagai musim. Meski bernama Matoa,
namun kayu yang digunakan bukanlah kayu pohon Matoa melainkan jenis maple, eboni Makassar, dan
sebagian besar adalah limbah industri mebel yang tujuannya agar mengurangi
limbah dan ramah lingkungan. Saat
ini semua produk Matoa menggunakan nama-nama pulau di
Indonesia dan akan terus begitu jika muncul jenis atau model baru. Hingga kini
sudah ada tujuh jenis produk Matoa, yaitu, Rote, Sumba, Gili, Moyo,
Flores, Alor, dan Karo.
Penggunaan nama merek Matoa
sesuai dengan salah satu konsep persepsi merek yaitu atribut. Merek tersebut
mengingatkan masyarakat terhadap atribut-atribut dari merek. Merek Matoa akan
mengingatkan masyarakat terhadap kayu dan selanjutkannya akan mengacu pada jam
tangan kayu yang merupakan produk dari merek Matoa. (Kotler 2000)
2.1.2. Transformasi Merek MATOA
Matoa adalah merek perintis
untuk jam tangan kayu pertama di Indonesia, sehingga sampai saat ini belum ada
transformasi merek yang dilakukan. Matoa hanya
menjadi merek untuk sebuah jam tangan.
2.2 Kunci Komponen Merek MATOA
2.2.1. Identitas Merek MATOA
Nama Produk
|
“Jam
Tangan Matoa”
Matoa merupakan brand
jam kayu pertama di indonesia, yang dibuat tidak hanya sekedar menjadi
pelengkap penampilan, tetapi juga memiliki nilai fungsional dan desain
authentic bagi pemakainya. Lucky Dana Aria, Pria kelahiran Bandung, 23 Maret
1986 ini berhasil menciptakan inovasi eco
watch atau jam ramah lingkungan dengan merek Matoa. Pencipta jam tangan
ini memilih nama Matoa, selain mudah diucapkan Matoa merupakan nama pohon
yang hanya ada di Indonesia, tepatnya di Papua. Di mana pohon ini dikenal
mampu tumbuh semakin tinggi, besar dan kokoh meskipun melewati beragam musim.
Jadi teridentifikasi sekali bahwa produk ini berasal dari Indonesia.
|
Logo
|
Logo
ini diambil dari huruf depan nama jam tangan tersebut yaitu huruf M.
Disajikan dengan desain grafis yang cukup menarik.
|
Features
|
Jenis kayu yang
digunakan untuk jam tangan adalah jenis kayu maple yang masih harus diimpor
dan kayu eboni yang terkenal kualitasnya. Mesin jam yang bagus masih
pakai merek Minnolta dari Jepang. Desain yang keren dan pelayanan after sales
yang maksimal.
|
Warna
|
Cokelat kayu, jam
tersebut sengaja tidak menambahkan pewarna apapun demi mempertahankan
kealamian bahan bakunya.
|
Slogan
dan Tagline
|
Tagline yang dipergunakan adalah “Urban, Simplicity, Nature”. Hal ini menjadi sebuah kesadaran
yang mendalam bagi Lucky, karena menurutnya -style is important, but having a style which creates culture is much
more important. Matoa sangat ingin menampilkan
ke-Indonesia-annya. Untuk itu beberapa produk jam tangan kayu hasil
produksinya di beri nama dengan nama-nama tempat di Indonesia . Nama tersebut
juga di beri tagline sesuai modelnya, contohnya model jam tangan kayu dengan
nama ‘Karo’ untuk Anda yang kasual dan formal; ‘Sumba’ untuk penyuka
gaya chic dan eksotis; kemudian ‘Rote’ yang lux dan mewah dan
‘Flores’ untuk suka dengan hal simple, clean, and
attractive.
|
Target
Pasar
|
Selama setahun
berjalan, 85 persen pemasaran produk jam tangan Matoa masih melalui online, baru 15 persen saja bisa
didapat langsung di toko. Untuk pasar lokal, produk Matoa sudah ada di
beberapa kota besar seperti Bandung, Jakarta, Surabaya, hingga Pulau Bali.
Sedangkan untuk pemesanan dari mancanegara, dilakukan lewat website. Sampai saat ini, pemesanan
dari luar negeri masih terus berkesinambungan setiap bulannya, terutama dari
Jepang.
|
Target
Pelanggan dan Harga
|
Untuk target konsumen
sendiri yaitu kelas menengah ke atas
karena harga eco watch Matoa
dibandrol Rp 890 ribu sampai Rp 1,5 juta. Harga ini sesuai dengan biaya
produksi. Apalagi jam tangan Matoa juga buatan tangan. Konsumen yang dibidik adalah
penyuka jam kayu dengan rentang usia 20-35 tahun
|
2.2.2. Posisi dan Janji Merek MATOA
Kapasitas
produksi Matoa Watch saat ini mencapai 300 unit perbulan dengan 30% produksi
berorientasi ekspor mancanegara. Pola produksi yang dipertahankan dalam kondisi
yang terbatas, dengan proses produksi based
on order membuat Jam Tangan Matoa efektif dalam kerangka pembuatan,
sehingga dengan demikian Jam Tangan Matoa tetap berkonsentrasi dalam fokus peningkatan kualitas produk
yang akan dinikmati pelanggannya. Bagi
produk baru, ide kreatif serupa Jam Tangan Matoa jelas bukan tanpa peniru, oleh
sebab itu bentuk hambatan kedepan yang akan dialami Jam Tangan Matoa adalah
membentuk dirinya secara spesifik yang berbeda dengan produk subtitusi dan
setaranya yakni jam tangan berbasis karet dan stainless steel. Jam tangan kayu Matoa punya garansi satu tahun.
Jika kayunya patah, maka dapat diganti dengan yang baru. Kepentingan strategis Jam Tangan Matoa adalah membangun pola komunikasi interaktif
dan dialogis perlu dibangun untuk membentuk lapisan konsumen loyal yang akan
membantu proses promosi dengan aspek testimonial melalui mekanisme refferal atas word of mouth pengguna
Matoa Watch yang terpuaskan kepada audiens yang meluas. Karena perpaduan Style and Culture akan menjadi sebuah
efek yang menarik, ketika kesadaran itu dapat dibangun secara nasional.
2.2.3. Pemanfaatan Ekuitas Merek Matoa
Lucky D. Aria
termasuk salah satu produsen jam tangan kayu yang terbilang sukses. Terjun ke
bisnis ini sejak Februari 2013, ia bisa meraup omset hingga ratusan juta per
bulan. Jam tangan merek Matoa bikinannya juga berhasil menembus pasar manca
negara, antara lain Jepang, Malaysia, dan Singapura. Ide awal bisnis ini
didapatnya saat tengah berkunjung ke Amerika Serikat pada awal 2012. Di Negeri Paman Sam
itu, ia menemukan jam tangan kayu seharga Rp 1,8 juta. Selain harganya lumayan
mahal, mayoritas bahan kayunya juga berasal dari Indonesia.
Hingga saat ini,
Lucky sudah memproduksi Matoa dalam tujuh varian jam tangan, antara lain Sumba,
Flores, Moyo dan lain-lain. Jam tangan itu dibanderol seharga Rp 890.000–Rp
1.500.000 per piece. Harganya lebih murah dibandingkan di Negara Paman Sam
tersebut. Jam tangan bikinan
Lucky masih serba tradisional. "Hanya 30 persen dari proses produksi
dikerjakan oleh mesin. Sisanya masih memakai tangan," tuturnya. Dalam memproduksi jam
tangan kayu ini, Lucky dibantu 17 karyawan.
“Dari jumlah itu, semuanya adalah barang
pesanan," ucapnya. Lantaran
produksinya berdasarkan order, sudah ada jaminan setiap jam bikinannya bakal
ludes terjual. Dari produksi sebanyak itu, ia bisa mengantongi omset hingga Rp
267 juta per bulan
2.3 Penerapan Prinsip IMC dalam Merek
MATOA
2.3.1. Prinsip Pertama
Saat ini tipe yang paling diminati adalah Rote. Bentuknya
yang simple dan cocok untuk pria maupun wanita membuat tipe ini laris di
pasaran. Menurut dia, konsumen harus dimanjakan
dengan inovasi yang baru. Itu sudah menjadi karakter dalam bisnis produk
kreatif. Jam Tangan Matoa ini diperjualbelikan di Indonesia agar konsumen Indonesia
bisa menikmati jam tangan kayu asli
buatan lokal dan bermerek. Strategi utama Jam
Tangan Matoa ini adalah Word Of Mouth , yaitu bagaimana
caranya dengan biaya semurah
mungkin
orang bisa
banyak tahu.
2.3.2. Prinsip Kedua
Menurut Moriaty dkk (2011), IMC
dikembangkan atas dasar ide bahwa apa yang diintegrasika adalah alat-alat
promosi. Salah satu media komunikasi yang diguanakan oleh ”Matoa” adalah media online. 85% Jam Tangan Matoa dipasarkan melalui
online maka jenis alat yang digunakan adalah internet. Sedangkan, 15% dijual langsung ke toko. Ada pula
Jam Tangan ini diiklankan sehingga banyak menarik minat pembeli untuk membeli
produk tersebut.
2.3.3. Prinsip Ketiga
Merek Matoa sudah memasarkan jam tangan buatannya ke luar
negeri. Permintaan dari luar negeri lebih tinggi daripada dalam negeri.
Secara
rutin ia menjual barangnya di banyak mall-mall besar di Indonesia seperti Grand
Indonesia. Sarinah, Tunjungan Plaza dll. Ia juga sudah memiliki kerjasama
dengan berbagai galeri di luar negeri seperti di Malaysia, Jerman, dan Amerika
Serikat.
BAB
III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
1.
Nama “Matoa” merupakan nama pohon yang hanya
ada di Indonesia. Jadi teridentifikasi sekali bahwa produk ini berasal dari
Indonesia. Hingga saat ini,
produk Matoa belum mengalami transformasi merek.
2. Produk ini memiliki nama merek “Jam
Tangan Matoa”. Produk ini memiliki Tagline yaitu“Urban, Simplicity, Nature”. Produk ini dipasarkan melalui
online dan outlet. Proses produksi
dikerjakan oleh mesin. Sisanya masih memakai tangan.
3.
Strategi utama Jam
Tangan Matoa ini adalah Word Of Mouth , yaitu bagaimana
caranya dengan biaya semurah mungkin orang bisa banyak tahu.
3.2. Saran
1.
Sebaiknya produk Matoa lebih mengenalkan produkya melalui
berbagai media seperti iklan, bazar maupun pameran sehingga produknya lebih
dikenal masyarakat
2.
Dalam pembuatannya, sebaiknya
diproduksi secara besar-besaran didampingi oleh teknik pemasaran yang lebih
baik. Permintaan produk Matoa yang
tinggi mengindikasi bahwa peminatnya sangat banyak.
3.
Sebaiknya merek ini terus
berinovasi sehingga tidak ketinggalan jalan dan teknologi sehingga bertahan
dalam pasar.