Minggu, 21 Juni 2015

MANAJEMEN PENANGKARAN DI PUSAT PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENANGKARAN RUSA HUTAN PENELITIAN DRAMAGA



MANAJEMEN PENANGKARAN DI PUSAT PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENANGKARAN RUSA HUTAN PENELITIAN DRAMAGA


Nama
Divisi Konservasi Eksitu, Uni Konservasi Fauna, Institut Pertanian Bogor
Uni Konservasi Fauna, Jl. Agathis no. 1 Gedung PKM Lt. 1 Bogor, Indonesia
E-mail: grace.ncm94@gmail.com



PENDAHULUAN

Latar Belakang
   Pusat Pengembangan Teknologi Penangkaran Rusa Hutan Penelitian Dramaga berdiri pada tahun 2008 dan diresmikan pada tanggal 15 Mei 2015. Awalnya, penangkaran ini terdapat di Haurbentes, Jasinga. Rusa pertama merupakan sepasang rusa berasal dari Jonggol. Penangkaran ini kemudian dipindahkan ke Hutan Penelitian Dramaga. Menurut Thohari et al. (1991), penangkaran adalah suatu kegiatan untuk mengembangbiakan satwa liar yang bertujuan untuk memperbanyak populasi dengan tetap mempertahankan kemurnian genetik sehingga kelestarian dan keberadaan jenis satwa dapat dipertahankan di habitat alam.
Dewasa ini, Penangkaran Rusa Dramaga berhasil menangkarkan tiga spesies rusa, yaitu rusa timor (Rusa timorensis), rusa bawean (Axis cuhlii), dan rusa sambar (Rusa unicolor). Rusa timor di penangkaran ini berasal dari Alas Purwo dan Taman Safari masing-masing sebanyak sepuluh ekor. Kebun Binatang Surabaya memberikan dua pasang rusa sambar dan dua pasang rusa bawean . Rusa dari Kebun Binatang Surabaya dikirim ke Penangkaran Rusa Dramaga karena bermasalah. Namun, tidak lama setelah dipindahkan, salah satu rusa dari Kebun Binatang Surabaya mati.
Rusa merupakan satwa liar yang dilindungi oleh Undang-undang sesuai Peraturan Pemerintah (PP) No. 7 Tahun 1999 tanggal 27 Januari 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. Populasi Rusa timor (Rusa timorensis) di alam semakin menurun sebagai akibat adanya perburuan liar dan kerusakan habitat. Dalam hal ini, penangkaran sangat diperlukan untuk menjaga kemurnian satwa. Sistem perkandangan, manajemen pakan dan penanganan kesehatan menjadi faktor penting kalangsungan hidup satwa dalam penangkaran.

Tujuan
            Tujuan dilakukannya kegiatan ini adalah mengkaji manajemen penangkaran di Penangkaran Rusa Hutan Penelitian Dramaga meliputi:
1.      Mengkaji fungsi  Penangkaran Rusa Hutan Penelitian Dramaga
2.      Mempelajari dan mengkaji sistem penangkaran di Penangkaran Rusa Hutan Penelitian Dramaga
3.      Memberikan rekomendasi manajemen penangkaran yang baik untuk Penangkaran Rusa Hutan Penelitian Dramaga.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat
            Kegiatan ini telah dilakukan pada hari Jumat, 1 Mei 2015 sampai hari Minggu, 3 Mei 2015 di Pusat Pengembangan Teknologi Penangkaran Rusa Hutan Penelitian Dramaga.


Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah kamera, peta lokasi, buku lapang, alat tulis, dan boots. Sementara bahan yang digunakan adalah tallysheet.


Metode
Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi langsung di lapangan dan wawancara dengan keeper (perawat satwa), tukang bersih kandang, dan penanggung jawab penangkaran. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka yang bersumber dari laporan kegiatan lain seperti buku, jurnal, serta penelusuran melalui internet. Data tersebut kemudian dianalisis untuk menentukan kelayakan Pusat Pengembangan Teknologi Penangkaran Rusa Hutan Penelitian Dramaga.


HASIL DAN PEMBAHASAN
           
Hasil analisis kelembagaan, pendanaan, tujuan, lokasi dan sarana dan prasarana (klinik satwa, nursery, ruang nekropsi, krematorium,dan perpustakaan) menunjukkan bahwa lokasi penangkaran rusa di Kampus IPB Darmaga dapat dinyatakan layak untuk dikembangkan sebagai areal penangkaran rusa.

Tabel 1  Gambaran umum Penangkaran Rusa HP Dramaga
Profil lembaga
Kelembagaan
Pendanaan
Tujuan

Lokasi
Jumlah satwa
Sarana dan Prasarana
1.      Klinik Satwa
2.      Nursery
3.      Ruang Nekropsi
4.      Krematorium
5.       Perpustakaan
Litbang
Litbang
Penelitian, pengembangan teknologi, penyedia bibit anakan rusa
Hutan Penelitian Dramaga, Bogor
38 ekor

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada

Penangkaran rusa di Hutan Penelitian Dramaga berdiri pada tahun 2008 dan diresmikan pada tanggal 15 Mei 2015. Penangkaran ini didirikan untuk penelitian, pengembangan teknologi dan penyedia bibit anakan rusa timor (Rusa timorensis), rusa bawean (Axis cuhlii), dan rusa sambar (Rusa unicolor). Penangkaran ini memiliki beberapa sarana dan prasarana penangkaran seperti kantor informasi, gudang keeper, gudang pakan, tempat pengumpulan limbah, dan gudang peralatan.
Lokasi penangkarang rusa HP Dramaga awalnya merupakan tanah masyarakat yang dibeli oleh litbang, dan masuk wilayah HP Dramaga seluas 60 ha. Penangkaran ini terletak disamping area wisata danau situ gede. Secara administrasi hutan penelitian dramaga termasuk dalam wilayah Kelurahan Situ Gede dan Desa Bubulak Kecamatan Bogor Barat Kotamadya Bogor.
Lokasi penangkaran harus berada pada tempat yang tenang, aman dari gangguan predator, mudah dicapai, baik pada musim hujan maupun pada musim kemarau, tersedia air sepanjang tahun dan permukaan tanahnya jangan berbatu, akan lebih baik bila di sekitarnya terdapat lapangan perumputan.

Program Pemeliharaan yang Baik (Good Care Practices)
Berdasarkan pengamatan di lapangan, dapat disarikan bahwa program pemeliharaan yang baik (good care practices) perlu didukung dengan manajemen di bidang (1) sumberdaya manusia, (2) perkandangan, (3) pakan, (4) pengendalian (restrain), dan
(5) pendataan

Manajemen Sumber Daya Manusia di Penangkaran Rusa HP Dramaga
Secara garis besar, manajemen SDM meliputi penentuan kompetensi SDM yang tersedia, prosedur keamanan bagi petugas agar tetap higienis dalam bekerja, prosedur yang berhubungan dengan kesehatan petugas seperti pemeriksaan rutin dan imunisasi, pelatihan petugas, serta evaluasi kinerja rutin.

Tabel 2  Profil manajemen sumberdaya manusia di Penangkaran Rusa HP Dramaga
PROFIL
·      Kompetensi SDM
1.      Tenaga Ahli
2.      Perawat Satwa
·      Prosedur Keamanan
1.      Pakaian dan peralatan khusus
2.      Footbath
3.      Larangan makan, minum, merokok di area
4.      Pelatihan penanganan
·      Prosedur keselamatan
1.    Frekuensi dan prosedur pemeriksaan
2.    Imunisasi
·       Evaluasi kinerja secara rutin

Dokter hewan (1 orang)
Keeper (3 orang)

Ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada

Pekerja tetap di penangkaran rusa HP Dramaga adalah tiga orang tukang rumput, satu orang pembersih kandang, tiga orang keeper. Tukang rumputnya merupakan pekerja harian lepas. Penangkaran dijaga secara giliran (rolling). Selain keeper yang tetap, ada juga keeper tambahan. Dokter hewan yang mengontrol penangkaran ini sebanyak tiga orang, akan tetapi yang masih aktif hanya satu orang yaitu drh. Robi.
Pada umumnya SDM yang bekerja meliputi petugas dengan kompetensi sebagai kurator (ahli perilaku dan biologi satwa), dokter hewan, paramedis,dan perawat satwa. Menurut Silberrnan (1993), setiap petugas harus (a) mengetahui dan melaksanakan prosedur keamanan, (b) mengetahui dan waspada terhadap perilaku agresif satwa, (c) terlatih dalam mengendalikan satwa dan higiene personal, serta (d) selalu ingat potensi substansi berbahaya dan resiko yang mungkin ditemui di lapangan termasuk potensi zoonosis.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, lokasi studi belum menerapkan prosedur keamanan kerja dengan baik. Standar prosedur kerja yang higienis harus diterapkan secara ketat dan disiplin. Silberman (1993) menyatakan bahwa perawat satwa wajib menggunakan perlengkapan khusus saat bekerja yang meliputi pakaian khusus (wearpack), masker, sarung tangan, dan sepatu boot. Setelah bekerja, perawat wajib mencuci tangan, kaki, dan bagian tubuh terbuka lainnya. Pakaian dan sepatu harus didesinfeksi dan disimpan di tempat khusus. Selain itu juga dilakukan pelarangan makan, minum, dan merokok di area kandang.

Manajemen Perkandangan di Penangkaran Rusa HP Dramaga
Profil manajemen perkandangan di empat lokasi studi disajikan pada Tabel 3. Pada tabel tersebut dapat dipelajari jenis kandang, ukuran kandang, konstruksi kandang, jumlah kandang, dan fasilitas kandang

Tabel 3  Jenis, ukuran, dan konstruksi kandang rusa di Penangkaran Rusa HP Dramaga
No
Jenis kandang
Ukuran kandang
Konstruksi kandang
Jumlah kandang
Fasilitas kandang
1
Kandang pembesaran
(6x12)m2
Dikelilingi oleh tembok dari beton dan kawat harmonika terbungkus plastik,lantai terbuat dari semen, pintu besi
2
Tempat makan, tempat minum
2
Kandang pembiakan
(6x12)m2
Dikelilingi oleh tembok dari beton dan kawat harmonika terbungkus plastik,lantai terbuat dari semen, pintu besi
2
Tempat makan, tempat minum, kandang isolasi untuk rusa hamil, tegakan kayu
3
Kandang pedok
(30x30)m2
Besi dan kawat harmonika terbungkus plastik, lantai tanah berlumpur
1
Tempat makan, tempat minum, tempat berteduh, tegakan pohon
4
Kandang individu
(1.5x2)m2
Tembok beton dan kawat harmonika terbungkus plastik, lantai semen, pintu kayu
16
Tempat makan
5
Lorong penggiringan
(2x13.5)m2
Dikelilingi pagar besi dan kawat harmonika terbungkus plastik, lantai semen
1
Tempat berteduh
6
Kandang jepit
(2.5x8)m2
Kayu, besi, lantai semen
1
Alat untuk menjepit rusa

Manajemen perkandangan meliputi ukuran kandang, jumlah populasi, unsur, pengayaan, keamanan dan sanitasi (frekuensi, alat dan cara). System perkandangan yang ada di hutan penelitian ini terdiri dari delapan macam kandang yaitu dua kandang pembiakan, dua kandang pembesaran, satu kandang pedok, satu kandang jepit, delapan kandang individu dan satu lorong yang dijadikan sebagai kandang.
Ukuran kandang yang berada di penangkaran rusa HP Dramaga berbeda-beda. Kandang pembesaran dan pembiakan berbentuk persegi panjang dengan ukuran 6 × 12 m2. Kandang individu memiliki ukuran 1,5 × 2 m2. Kandang pedok berukuran 30 x 30 m2. Lorong penggiringan  berukuran 2 x 13.5 m2 sedangkan kandang jepit berukuran 2.5 x 8 m2 .
Kandang dikelilingi dinding dari semen setinggi  1 m. Bagian atas kandang ini terdiri dari kawat harmonika yang dilapisi plastik. Terdapat bangunan peneduh yang digunakan rusa untuk berteduh ketika cuaca hujan. Saluran air di dalam tertata dan berfungsi dengan baik. Tetapi, saluran air di luar kandang tidak teririgasi dengan baik. Di dalam ruangan-ruangan tersebut terdapat tempat pakan dan tempat pemberian air minum rusa. Di  kandang pembiakan dan kandang pedok juga terdapat tegakan.
Meskipun bentuk kandang di lokasi studi bervariasi, umumnya faktor yang menjadi perhatian adalah faktor kepentingan satwa dan perawat satwa. Untuk kepentingan satwa, kandang harus dapat memenuhi kebutuhan biologis satwa, memungkinkan perilaku bebas dan alami, membuat satwa betah dan nyaman, serta kandang harus sehat, mudah dibersihkan dan didesinfeksi untuk menghindari penyakit. Adapun untuk kepentingan perawat satwa, kandang harus memungkinkan perawat satwa bekerja maksimal dan seaman mungkin, serta dapat mendekati satwa sedekat mungkin namun tetap aman.
Menurut PKBSI (1995), perkandangan sangat mempengaruhi perkembangan satwa, terutama perilakunya. Karena itu, sedapat mungkin lingkungan kandang harus mirip dengan habitat alaminya, sehingga dapat mengurangi munculnya kelainan perilaku. Untuk mewujudkan hal ini, perlu dilakukan pengayaan lingkungan atau environmental enrichment yang bertujuan mengurangi timbulnya kebosanan dan perilaku yang tidak diinginkan pada satwa yang dikandangkan.
Habitat yang disukai rusa timor adalah hutan yang terbuka, padang rumput, savana, semak, bahkan sering dijumpai juga pada aliran sungai (sumber air) dan daerah yang berawa (Garsetiasih 1996). Rusa timor di SM Pulau Menipo di NTT, memanfaatkan tegakan lontar dan hutan bakau sebagai tempat beristirahat (Sutrisno 1993). Cover merupakan komponen habitat yang mampu memberikan perlindungan dari cuaca, predator atau kondisi yang lebih baik dan menguntungkan. Vegetasi merupakan cover penting dalam kehidupan satwa, karena bukan hanya pakan saja yang termasuk didalamnya tetapi perlindungan terhadap cuaca dan predator juga merupakan bagian dari vegetasi.

Manajemen Pakan di Penangkaran Rusa HP Dramaga
Profil manajemen pakan di lokasi studi ditampilkan dalam Tabel 4. Pada tabel tersebut dapat dipelajari mengenai jadwal pemasokan dan sumber pakan, kontrol yang dilakukan untuk menjaga kualitas pakan, frekuensi pemberian pakan, jenis pakan yang diberikan serta ketersediaan air bersih, untuk meningkatkan daya tahan tubuh satwa
Tabel 4  Profil manajemen pakan di Penangkaran Rusa HP Dramaga
Manajemen Pakan
Keterangan
1.      Jadwal
2.      Sumber
3.      Frekuensi Pemberian
4.      Menu Pakan

5.      Air Bersih
6.      Pemberian Suplemen
7.       Kontrol Kualitas
Pagi dan sore
Hutan, kebun pakan
2 kali sehari
Rumput gajah, rumput solaria, rumput paspalum, ubi kayu
Tidak ada
Ada
Tidak ada
             
Pemberian pakan pada rusa tergantung pada ukuran dan usia rusa. Lima kilogram rumput dapat dihabiskan oleh empat hingga lima ekor rusa. Pemberian pakan kepada rusa dilakukan dua kali sehari pada pukul 07.00-08.00 dan pukul 15.00.
Ketika berumur kurang dari satu minggu, rusa mengonsumsi susu. Setelah berumur lebih dari satu minggu, rusa sudah dapat mengonsumsi rumput. Jenis rumput yang dimakan antara lain: rumput gajah, rumput solaria, dan rumput paspalum. Makanan pelengkap bagi rusa, yaitu: ubi kayu, ubi jalar, wortel, dan kangkung. Rusa mendapat makanan pelengkap dari pengunjung dan keeper. Banyaknya makanan pelengkap yang dikonsumsi tergantung jumlah pengunjung yang datang. Pada hari libur, wortel yang terjual dapat mencapai 20 kg – 1 kwintal tergantung kondisi.
Menurut Ullrey dan Allen (1993), menu pakan dan kesehatan memiliki hubungan yang berkaitan. Makanan merupakan dasar dalam menjalankan fungsi normal metabolisme, sehingga pakan yang diberikan harus mengandung nutrisi yang dibutuhkan satwa yaitu air, karbohidrat, lemak, protein, mineral, dan vitamin. Menu pakan dengan defisiensi atau kelebihan nutrisi dapat mempengaruhi perjalanan suatu infeksi penyakit. PKBSl (1995) menjelaskan bahwa dalam penentuan kualitas dan kuantitas pakan harus rnempertimbangkan jenis makanan yang dirnakan di habitat asli, kandang dan lingkungan sekitar, dan spesies pembanding yang persyaratannya diketahui.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, lokasi studi telah mernberikan pakan dengan kuantitas dan kualitas yang sedang. Untuk mencegah pernbusukan, pakan diambil maksimal dua belas jam sebelum dikonsumsi satwa. Pakan disimpan di atas tossa selama maksimal dua hari.
Penangkaran rusa HP Dramaga memiliki kebun pakan seluas 1,7 ha, salah satunya menanam rumput gajah. Rusa lebih menyukai rumput dari alam, namun rumput dari alam terbatas sehingga dilakukan uji coba untuk memenuhi kebutuhan protein rusa, pakan diambil dari kebun pakan juga. Pakan yang diberikan terdiri atas sasawuheun, pulus ayam, cacabean, ki pahit, kawatan dan teklan. Selain itu, rusa juga memakan sorgum yang identic dengan produksi bioethanol. Jenis pakan yang diberikan pada rusa tidak terkontrol oleh keeper  karena pada saat pemberian pakan ditemukan jenis rumput yang tidak seharusnya diberikan, seperti pulus ayam. Pulus ayam apabila dimakan oleh rusa maka akan menimbulkan rasa gatal. Contoh beberapa jenis rumput-rumputan yang disukai rusa timor adalah Andropogon contortus, Eragrostis bahiensis, Andropogon fastigiatus, Desmodium capitulum, Micrilaena stipoides, Paspalum scrobicu latum, Eragrostis uniloides, Remirea maritama, Pollinia fulva, Indigofera glanddulosa, Mollugo pentaphyla, Euphorbia reniformis, Botriochloa glaba, Setaria adhaerens dan Choris barbata.

Tempat pakan harus mudah dijangkau petugas yang memberi pakan, tetapi penempatannya memungkinkan bagi rusa memakan dari segala arah. Tempat pakan diberi peneduh untuk menghindari pakan mudah kering karena kepanasan atau basah karena kehujanan. Apabila jumlah rusa yang ditangkar cukup banyak dalam satu areal penangkaran, tempat pakan dapat dibuat di beberapa tempat agar tidak terjadi persaingan makanan antara individu rusa. Ukuran tempat pakan yang disesuaikan dengan jumlah rusa yang dipelihara. Lantai tempat pakan dapat dibuat dari semen atau papan. Bentuk tempat pakan yang dibuat panggung akan mengurangi sisa pakan yang terbuang karena diinjak-injak atau bercampur dengan kotoran (Takandjandji 2006).

Manajemen Data dan lnformasi
Berdasarkan pengamatan di lapangan, diketahui belum terdapat sistem pendataan di lokasi studi, sehingga menyebabkan kesulitan dalam pengumpulan informasi. Pada umumnya data dan informasi yang dicatat meliputi informasi umum (morfologi, habitat alami, perilaku, dan status konservasi), data dasar (nama, jenis kelamin, lokasi kandang, riwayat asal-usul, serta perkiraan umur atau data kelahiran dan kematian), serta arsip korespondensi dan perizinan. Pendataan ini berperan penting dalam mengembangkan metode pemeliharaan yang tepat, penelitian, penjagaan informasi saat terjadi transfer satwa, dan mengontrol peredaran satwa.

Program Medis Yang Baik (Good Medical Practices)
Berdasarkan studi di lokasi, dapat disarikan bahwa program medis memegang peranan penting dalam pelaksanaan konservasi eksitu. Program medis ini meliputi (1) pemeriksaan kesehatan, (2) tenaga kesehatan, (3) perlakuan satwa bunting dan (4) penanganan satwa sakit.
Tabel 5  Gambaran kondisi pengelolaan kesehatan rusa di Penangkaran Rusa HP Dramaga
Aspek Kesehatan
Deskripsi
Kondisi Satwa
Tidak ada tanda-tanda satwa sakit, dua rusa dalam keadaan bunting, satu rusa baru melahirkan, dua rusa masih menyusui, dua anak rusa berada dalam kondisi kurus
Frekuensi pemeriksaan kesehatan
Tiga sampai enam bulan sekali melalui pemeriksaan feses
Catatan kesehatan satwa
Buku silsilah individu berupa studbook dan kejadian penting meliputi satwa lahir, satwa sakit, satwa mati
Fasilitas medis
Tidak ada
Jumlah tenaga kesehatan
1 orang dokter hewan
Jenis obat
Semua jenis obat bersifat emergency dan jangka pendek tersedia
Kondisi tempat penyimpanan obat
Obat terletak di gudang
Persiapan penanganan satwa sakit
Keeper menghubungi dokter hewan apabila ada satwa yang terlihat kurang sehat, kemudian dokter hewan memeriksa satwa dan apabila dibutuhkan diberikan pengobatan melalui pakannya
Pengaturan Perkawinan
Melalui sistem rotasi kandang, rusa jantan digilir kandangnya
Perlakuan satwa bunting
Tidak ada

Kondisi satwa di penangkaran rusa HP Dramaga cukup baik. Hingga saat ini tidak terdapat rusa sakit.  Terdapat dua rusa dalam keadaan bunting, satu rusa baru melahirkan, dua rusa masih menyusui, dan dua anak rusa berada dalam kondisi kurus di penangkaran ini. Pemeriksaan kesehatan dilakukan tiga bulan sekali dengan menggunakan feses.
            Terdapat buku silsilah individu berupa studbook dan kejadian penting meliputi satwa lahir, satwa sakit, dan satwa mati. Tetapi buku ini bersifst pribadi. Tidak terdapat fasilitas medis di penangkaran ini. Tetapi di penangkaran sudah tersedia obat-obat emergensy dan jangka pendek. Apabila ada rusa yang sakit, maka keeper akan menghubungi dokter hewan.

Tabel 6  Jenis dan cara pengobatan penyakit rusa di Penangkaran Rusa HP Dramaga
Jenis Penyakit
Gejala
Penyebab
Cara Pengobatan
Kembung
Hidung mengeluarkan cairan, rusa tergopoh-gopoh
Lingkungan, udara, suhu, temperatur
Meticon, trokhan
Pneumonia
Rusa semakin kurus, nafsu makan menurun, rusa cenderung soliter
Cuaca, faktor lingkungan, udara lembab

Infeksi parasit (cacing, helmin)
Rusa cenderung kurus
Kontrol pakan yang kurang baik, adanya telur cacing pada pakan
Pemberian obat

a.       Rumen bloat (kembung pada perut rumen)
Rumen bloat (kembung pada perut rumen) disebabkan karena akumulasi gas yang berlebihan di dalam rutmen hewan ruminansia. Seringkali bloat ringan seperti ini dapat sembuh dengan sendirinya. Namun, apabila kejadian berlanjut dan tidak ditangani, akumulasi gas terjebak ini akan membentuk buih/busa (froathy bloat) yang akan semakin sulit bagi sapi untuk mengeluarkannya. Kondisi rumput yang masih basah juga merupakan salah satu penyebab dari terjadinya kembung.
Biasanya kembung akan terlihat setelah 15-30 menit setelah konsumsi pakan yang berkonsentrat tinggi. Pada kasus yang ringan gejala kembung akan mengempis spontan dan  kontraksi rumen akan normal kembali setelah 3-4 jam. Kondisi kembung yang berlangsung lama menunjukkan gejala klinis yang khas. Sisi perut bagian kiri mengembung/menonjol, jika ditepuk bersuara nyaring. Sapi akan terlihat sesak nafas dan  menendang-nendang bagian perut. Lesu dan tidak mau makan. Pada anak sapi yang terkena kembung akan menunjukkan gejala kolik. Pada kasus akut dapat menyebabkan kematian.
Pada kasus kembung karena busa, dapat diberikan beberapa agent yang memiliki sifat antibusa. Obat-obat tradisional yang memiliki sifat antibusa antara lain minyak-minyak tumbuhan. Dapat dilakukan juga pemberian obat-obatan khusus untuk mengatasi kembung seperti timpanol, poloxalone, ataupun cresol. Selain itu juga dapat dilakukan pemberian antibiotik untuk menekan produksi gas dalam rumen.
Untuk mencegah terjadimya kasus kembung di perlukan manajemen dan perencanaan yang baik, karena dapat mengurangi secara signifikan jumlah kasus. Hindari pemberian pakan konsentrat dalam jumlah yang banyak. Selain itu hindari juga pemberian rumput yang masih segar dan basah. Usahakan rumput yang diberikan telah mengalami pelayuan terlebih dahulu. Hindari pemberian pakan dari golongan leguminosa atau kacang-kacangan yang berpotensi menyebabkan terjadinya kembung. Penyediaan air minum secara tidak terbatas (ad libitum). Pencegahan penyakit kembung akan lebih mudah dilakukan dari pada mengobatinya.
b.      Brucellosis
Yang disebabkan oleh beberapa marga dari bakteri brucella, merupakan penyakit menular pada kelompok mamalia. Untuk daerah yang tinggi terhadap arus lalulintas perpindahan hewan. Seringkali penyebaran ini tidak terkontrol, akibat utama dari serangan brucellasis adalah keguguran (umumnya di sebabkan oleh brucella abortus) pada rusa tropis masih belum diketahui secara pasti tingkat ketahanan tubuhnya.
c.       Capture myopathy
Capture myopathy atau white muscle disease merupakan suatu sindrom yang menjadi salah satu penyebab kematian hewan, terutama pada satwa liar. Kematian disebabkan oleh respon fisiologi yang berlebihan dari hewan terhadap stress lingkunga. Keadaan ini terutama terjadi pada proses penanganan hewan, baik saat penangkapan, pembiusan maupun relokasi (pengangkutan).
d.      Blackleg
Menurut Subronto 1995, Penyakit Blackleg dapat menyerang rusa dan bersifat akut dengan tanda khas terjadinya kebengkakan serohaemorhagik disertai kripitasi dari otot – otot tebal terutama otot paha. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Clostridium chauvoei. Selain Clostridium chauvoei, radang paha juga disebabkan oleh Clostridium septicum miskipun kejadiannya langka.
Gejala-gejala penyakit ini antara lain demam tinggi, kurang nafsu makan, depresi, kepincangan dan diikuti oleh pembengkakan yang muncul dari dalam otot seperti pinggul, panggul, dada atau bahu. Bagian yang mengalami pembengkakan menyebar dan mempunyai konsistensi yang lembek, menghasilkan karakteristik yang berderak apabila ditekan dengan tangan hal ini desebabkan oleh adanya gas dibawah kulit (Anonimous, 2007). Kematian terjadi mendadak antara 1-2 hari setelah timbul gejala serta dapat terjadi pendarahan pada hidung dan dubur.
Pengobatan hewan sakit dapat dilakukan dengan suntikan penisilin dosis tinggi. Hewan yang mati karena radang paha dilarang dipotong untuk dikonsumsi dagingnya. Bangkai dimusnahkan, kandang serta peralatan disucihamakan dengan desinfektan (Anton, 2004).
Usaha pengobatan untuk penyakit ini kurang menguntungkan. Maka hanya dapat dilakukan pengendalian seperti:
1. Memindahkan hewan dari padan rumput ke kandang yang lebih kecil dan aman sehingga mereka dapat diamati secara teliti.
2. Vaksinasi, kebanyakan sapi divaksin pada saat berusia beberapa bulan sampai 8 bulan. Vaksinasi bersifat unik karena vaksin yang tersedia memiliki sistem imunitas yang tinggi sedangkan harga sangat murah.
3. Semua hewan secara serentak diberi suntikan pencegahan dengan menggunakan penisilin dan benzatin penisilin. Suntikan pencegahan dapat mencegah timbulnya penderita baru meskipun bahaya penularan tetap mengancam menjelang akhir minggu pertama saat antibiotik sudah menghilang, sementara kekebalan yang ditimbulkan belum cukup kuat.

Penandaan (Tagging)
Kode individu pada rusa diberikan dengan memberikan tagging di telinga rusa bertuliskan nomor yang menandai keturunannya. Tagging berwarna oranye dan berbentuk bulat. Akan tetapi, tagging yang diberikan sebagian besar hilang dan hanya beberapa ekor saja yang masih memiliki tagging.
Penandaan atau pemberian nomor pada rusa merupakan hal penting dalam manajemen penangkaran. Pada rusa induk untuk bibit penandaan sebaiknya dilakukan sebelum anak rusa disapih. Tujuan penandaan atau pemberian nomor adalah untuk mengetahui silsilah (pedigree), umur, sehingga memudahkan dalam pengontrolan dan dalam pengenalan setiap individu. Selain itu juga memudahkan pengaturan perkawinan antara individu yang diinginkan. Pemberian nomor pada rusa dilakukan dengan cara nomor ditulis pada potongan plastik atau papan yang tebal dan digantung pada leher rusa. Penulisan nomor menggunakan 4-5 angka. Angka pertama menunjukkan tahun kelahiran; angka kedua dan ketiga adalah bulan kelahiran; angka keempat menunjukkan nomor induk (angka akhir saja); dan angka kelima merupakan nomor urut anak. Contoh nomor 3223, artinya individu rusa tersebut lahir pada tahun 2003, bulan Pebruari, dari induk yang mempunyai nomor berakhiran 2; dan induk tersebut telah melahirkan anak sebanyak 3 kali.




SIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan terhadap penangkaran rusa HP Dramaga hdapat disimpulkan bahwa :
1.      Penangkaran rusa HP Dramaga didirikan untuk penelitian, pengembangan teknologi dan penyedia bibit anakan rusa timor (Rusa timorensis), rusa bawean (Axis cuhlii), dan rusa sambar (Rusa unicolor).
2.      Penangkaran rusa HP Dramaga kurang memenuhi standar penangaan satwa seperti dalam hal manajemen di bidang (1) sumberdaya manusia, (2) perkandangan, (3) pakan, (4) pengendalian (restrain), dan (5) pendataan sehingga butuh perbaikan sehingga penangkaran ini perlu mengadakan perbaikan.

Saran
1.      Kandang rusa seharusnya didesain mirip seperti habitas aslinya. Hal tersebut dapat diimplementasikan dengan menaruh beberapa tegakan, semak dan aliran air.
2.      Sebaiknya diadakan suatu pendataan setiap rusa untuk mempermudah dalam mengembangkan metode pemeliharaan yang tepat, penelitian, penjagaan informasi saat terjadi transfer satwa, dan mengontrol peredaran satwa.
3.      Penandaan atau pemberian nomor pada rusa merupakan hal penting dalam manajemen penangkaran sehingga penangkaran rusa HP Dramaga perlu melakukan hal tersebut untuk mengetahui silsilah (pedigree), umur, sehingga memudahkan dalam pengontrolan, pengenalan dan perkawinan antara individu. Pada rusa induk untuk bibit penandaan sebaiknya dilakukan sebelum anak rusa disapih.
4.      Perlu diterapkan prosedur keamanan kerja dengan baik seperti perawat satwa wajib menggunakan perlengkapan khusus saat bekerja yang meliputi pakaian khusus (wearpack), masker, sarung tangan, dan sepatu boot. Setelah bekerja, perawat wajib mencuci tangan, kaki, dan bagian tubuh terbuka lainnya. Pakaian dan sepatu harus didesinfeksi dan disimpan di tempat khusus. Selain itu juga perlu dilakukan pelarangan makan, minum, dan merokok di area kandang.


DAFTAR PUSTAKA

Pramesywari W. 2008. Implementasi Medik Konservasi pada Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert 1798): Studi Kasus pada Empat Tempat Lembaga Konservasi Eksitu di Indonesia [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor
Takandjandji M, Setio P, Mukhtar AS. 2009. Analisis Finansial Penangkaran Rusa Timor di Hutan Penelitian Dramaga, Bogor (Financial Analysis of Captive Breeding of Timor Deer atDramaga Forest Research, Bogor)
Garsetiasih R, Takandjandji M. 2006. Model Penangkaran Rusa. Prosiding Ekspose Hasi-hasil Penelitian: Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan, di Padang, Pusat penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. 35-36