Hari/tanggal : 19 November 2014 pratikum
ke-7
Sosiologi umum
SISTEM STATUS DAN PELAPISAN MASYARAKAT SISTEM STATUS YANG BERUBAH
Runtuhnya Sisten Status Kolonial dalam Abad Kedua Puluh
W.F. Werheim
SITUASI SOSIAL DUA KOMUNITAS DESA SULAWASI
SELATAN
Mochtar Buchori dan Wiladi Budiharga
Oleh :
Arini Dwi Fikri Hanim/H24140001
Asisten :
Esti Khoerunnisa / H34110064
Resume 1 :
Sekitar tahun 1900, Belanda berhasil menegakkan
kekuasaannya di Indonesia. Pelapisan masyarakat kolonial menurut garis ras
mulai meluas. Tetapi, perkembangan dinamis menerobos dan meningkatkan mobilitas
sosial. Terdapat pertentangan antara kepentingan petani bumi putera dengan
kepentingan pengusaha barat sehingga paham individualisme mengalami kemajuan.
Pendidikan juga mempunyai pengaruh dinamis di pulau
jawa sehingga banyak cendekiawan yang berkumpul di Jawa ketika bersekolah dan
setelah selesai sekolah. Hal itu meningkatkan profesi di Jawa yang berdampak meningkatnya
ekonomi. Tetapi, pengaruh faktor2 ini terlindung oleh cara tradisional
masyarakat jawa. Bentuk pendidikan yang diberikan di jawa bertentangan dengan
konsep2 bumi putera. karena jumlah pendapatan orang yang memiliki keahlian
relatif tinggi maka usaha memburu ijazah membuat orang menjadi individualisme.
Adanya kelas ini mempengaruhi sistem nilai
kemasyarakatan dalam masyarakat indonesia. Pendidikan barat memberikan
kesempatan kepada orang indonesia untuk mengisi jabatan pemerintah sehingga dasar
sistem status kolonial secara berangsur-angsur rubuh. timbulnya keintiman kebudayaan
antara orang indonesia dan eropa menghilangkan perbedaan ras dan menambah
ketegangan. Persaingan ini semakin hebat dimana orang yang sedikit pendidikan
tidak dapat menerima pelapisan sosial sedangkan yang lain merasa mendapat
keuntungan dan membentuk persatuan. Di pihak lain, kalangan orang indonesia
yang lebih besar cenderung bersatu dengan kesadaran kebangsaan yang menimbulkan
nasionalisme yang tidak mau berkerjasama dengan belanda.
Pedagang indonesia jumlahnya semakin besar membuat
pedangang cina tidak lagi memegang monopoli. para cendekiawan cina mulai
bersaing memperoleh jabatan tinggi di pemerintahan dengan mengadakan
solidaritas yang lebih kuat. Dengan demikian kedudukan istimewa diduduki oleh
orang eropa dan cina menjadi kurang stabil. Terdapat suatu kencedungan ke arah
suatu sistem nilai baru berdasarkan kemakmuran individual dan kemampuan
intelektual seseorang tetapi umumnya masih ditahan.
Resume 2 :
Desa Maricaya Selatan
Desa Maricaya Selatan terdiri dari Tiga lapisan
pokok : lapisan atas, lapisan menengah dan lapisan bawah. Sedangkan Tiga
lapisan masyarakat dilihat dari segi ekonomi : 1. Lapisan ekonomi mampu (10%),
terdiri dari para pejabat penting pemerintah setempat, para dokter, para
insinyur, dan kelompok profesional, 2. Lapisan ekonomi menengah (60%), terdiri
dari alim ulama, pegawai, kelompok wirausaha, 3. Lapisan ekonomi miskin (30%),
terdiri dari para buruh tani, buruh bangunan, buruh pabrik dan buru2 sejenis
yang tidak tetap.
Komunitas maricaya selatan yang bersifat
homogen berusahan menciptakan iklim yang
lebih cair. Penduduk golongan mayoritas tampak cukup terbuka untuk membentuk
pola pergaulan sosial yang akrab dengan golongan minoritas. Golongan ekonomi
mampu dan menduduki lapisan sosial atas adalah orang yang berpendidikan perguruan
tinggi. Golongan atas dan menengah memiliki perpustakaan pribadi memberi kesan
bahwa meraka adalah seorang terpelajar. Selain itu, terdapat dua golongan
berdasarkan kepunyaan pesawat TV yaitu golongan yang mampu beli pesawat TV dan
golongan yang tidak mampu membeli pesawat TV. Pada acara TV tertentu masyarakat
kurang mampu berkumpul untuk melihat TV di keluarga yang punya TV menciptakan
keakraban sosial yang bersifat tradisional. Mayoritas penduduk maricaya selatan
beragama islam sehingga menyelenggarakan pendidikan keagamaan dibiayai iuran
peserta.
Desa Poliwali (Semi Urban)
Masyarakat polewali membagi lapisan masyarakat
menjadi 3 lapisan, yaitu : Lapisan atas, Lapisan menengah dan lapisan bawah. Pada masyarakat kedudukan pemangku adat
pada seorang Bugis, sedangkan kedudukan alim ulama ditangan orang Bugis dan
Mandar. Kelompok pejabat dan pegawai terdiri dari orang Mandar dan
Toraja.Kelompok pedagang diisi oleh orang Bugis, Jawa dan Cina, sedangkan pada
kelompok buruh terdapat orang Jawa, Makasar dan Toraja. Sedangkan secara
ekonomi masyarakat Polewali nampak terdiri dari tiga lapisan, yaitu
lapisan orang ‘kaya’ (35%) , lapisan orang ‘sedang’ (55%) dan kelompok ‘miskin’
(10%)
Kelompok
orang bugis dan makassar merupakan kelompok paling besar pengaruhnya. Para
pemangku adat, alim ulama dan kelas menengah hidup dengan gaya hidup sederhana,
sedangkan kalangan pejabat hidup dengan gaya hidup mewah. MAsyarakat polewali
menjunjung tinggi suatu pendidikan dan keagamaan. Hal ini mengembangkan
perlakuan agama secara simbiolis. Mayarakat Polewali pada dasarnya
merupakan masyuarakat yang lugas mengisi kehidupan mereka sehari-hari dengan
berbagai usaha untuk menghadapi dan menyelesaikan persoalan-persoalan nyata
yangt terdapat dalam lingkungan mereka. Pada tahap perkembangan seperti ini
Masyarakat Poleweli berada pada tahap Inward
looking kecuali golongan pejabat. Hal ini diperkuat dengan jumlah TV dan
koran yang terbatas dan menjadi simbol kemewahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar