Minggu, 24 April 2016

Pengidentifikasian “MATOA” sebagai Salah Satu Merek Jam Tangan Kayu Handmade Asli Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  LATAR BELAKANG
Pada saat ini aksesoris pria dan wanita sangat beragam. Aksesoris tersebut kadang hanya digunakan untuk pelengkap dan mempermanis diri saja. Saat ini, dibutuhkan aksesoris yang tidak hanya memiliki nilai estetika saja tetapi juga memberikan manfaat bagi penggunanya.
Jam tangan (Arloji) adalah penunjuk waktu yang dipakai di pergelangan tangan manusia. Jam tangan elektrik pertama kali diperkenalkan pada tahun 1957 di Lancaster, Pennsylvania, Amerika Serikat. Inovasi tentang jam tangan elektrik (digital) telah dimulai sejak tahun 1946. Setelah itu, munculah beberapa merek jam tangan yang masih ada hingga kini.
Pada saat ini jam tangan tidak hanya digunakan untuk aksesoris atau sekedar fashion. Jam tangan sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian besar masyarakat. Di era modern ini, manusia semakin sibuk sehingga waktu terasa cepat. Dalam melakukan berbagai hal dibutuhkan ketepatan waktu agar aktivitas yang dijalani sesuai dengan jadwal dan teratur.
Salah satu merek jam tangan yang sedang tren adalah merek jam tangan “Matoa”. Jam tangan “Matoa” merupakan merek jam tangan yang berbahan kayu diproduksi dan diciptakan oleh warga indonesia. Jam tangan ini merupakan jam tangan buatan tangan dengan kualitas internasional. Produk ini merupakan produk baru karena mulai dipasarkan pada tahun 2013. Dalam pemasarannya, dibutukan merek yang tepat agar dapat dikenal masyarakat. oleh karena itu, pengidentifikasian merek sangat penting dilakukan.

1.2.  RUMUSAN MASALAH
1.    Apa arti merek Matoa” dari segi persepsi merek dan transformasi merek?
2.    Apa kunci komponen merekMatoa” dari segi identitas merek, posisi dan janji merek, dan memanfaatkan ekuitas merek?
3.    Bagaimana merek Matoa” dalam memenuhi prinsip IMC ke satu, prinsip IMC kedua, dan prinsip IMC ketiga?

1.3.  TUJUAN
1.    Mengetahui arti merekMatoa” dari segi prersepsi merek dan transformasi merek
2.    Mengetahui kunci komponen merekMatoa” dari segi identitas merek, posisi dan janji merek, dan memanfaatkan ekuitas merek
3.    Mengetahui merek Matoa” dalam memenuhi prinsip IMC ke satu, prinsip IMC kedua, dan prinsip IMC ketiga



BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Arti Merek MATOA
2.1.1.      Persepsi Merek MATOA
Manurut Stanton dan Lamarlon (1994), merek adalah nama, istilah simbol atau desain khusus atau beberapa kombinasi unsur-unsur yang dirancang untuk mengidentifikasi barang atau jasa yang ditawarkan penjual. Merek produk ini adalah “Matoa”. Nama “Matoa” diambil dari nama jenis pohon Matoa yang tumbuh di daratan Papua yang tergolong pohon besar dengan tinggi rata-rata 18 meter dengan diameter rata-rata maksimum 1 meter, dimana pohon ini dikenal mampu tumbuh semakin tinggi, besar, dan kokoh meskipun melewati berbagai musim. Meski bernama Matoa, namun kayu yang digunakan bukanlah kayu pohon Matoa melainkan jenis maple, eboni Makassar, dan sebagian besar adalah limbah industri mebel yang tujuannya agar mengurangi limbah dan ramah lingkungan. Saat ini semua produk Matoa menggunakan nama-nama pulau di Indonesia dan akan terus begitu jika muncul jenis atau model baru. Hingga kini sudah ada tujuh jenis produk Matoa, yaitu, Rote, Sumba, Gili, Moyo, Flores, Alor, dan Karo. 
Penggunaan nama merek Matoa sesuai dengan salah satu konsep persepsi merek yaitu atribut. Merek tersebut mengingatkan masyarakat terhadap atribut-atribut dari merek. Merek Matoa akan mengingatkan masyarakat terhadap kayu dan selanjutkannya akan mengacu pada jam tangan kayu yang merupakan produk dari merek Matoa. (Kotler 2000)
2.1.2.      Transformasi Merek MATOA
Matoa adalah merek perintis untuk jam tangan kayu pertama di Indonesia, sehingga sampai saat ini belum ada transformasi merek yang dilakukan. Matoa hanya menjadi merek untuk sebuah jam tangan.
2.2    Kunci Komponen Merek MATOA
2.2.1.      Identitas Merek MATOA
Nama Produk
“Jam Tangan Matoa”
Matoa merupakan brand jam kayu pertama di indonesia, yang dibuat tidak hanya sekedar menjadi pelengkap penampilan, tetapi juga memiliki nilai fungsional dan desain authentic bagi pemakainya. Lucky Dana Aria, Pria kelahiran Bandung, 23 Maret 1986 ini berhasil menciptakan inovasi eco watch atau jam ramah lingkungan dengan merek Matoa. Pencipta jam tangan ini memilih nama Matoa, selain mudah diucapkan Matoa merupakan nama pohon yang hanya ada di Indonesia, tepatnya di Papua. Di mana pohon ini dikenal mampu tumbuh semakin tinggi, besar dan kokoh meskipun melewati beragam musim. Jadi teridentifikasi sekali bahwa produk ini berasal dari Indonesia.
Logo

Logo ini diambil dari huruf depan nama jam tangan tersebut yaitu huruf M. Disajikan dengan desain grafis yang cukup menarik.
Features
Jenis kayu yang digunakan untuk jam tangan adalah jenis kayu maple yang masih harus diimpor dan kayu eboni yang terkenal kualitasnya. Mesin jam yang bagus masih pakai merek Minnolta dari Jepang. Desain yang keren dan pelayanan after sales yang maksimal.
Warna
Cokelat kayu, jam tersebut sengaja tidak menambahkan pewarna apapun demi mempertahankan kealamian bahan bakunya.
Slogan dan Tagline
Tagline yang dipergunakan adalah “Urban, Simplicity, Nature”. Hal ini menjadi sebuah kesadaran yang mendalam bagi Lucky, karena menurutnya -style is important, but having a style which creates culture is much more important. Matoa sangat ingin menampilkan ke-Indonesia-annya. Untuk itu beberapa produk jam tangan kayu hasil produksinya di beri nama dengan nama-nama tempat di Indonesia . Nama tersebut juga di beri tagline sesuai modelnya, contohnya model jam tangan kayu dengan nama  ‘Karo’ untuk Anda yang kasual dan formal; ‘Sumba’ untuk penyuka gaya chic dan eksotis; kemudian ‘Rote’ yang lux dan mewah dan ‘Flores’ untuk suka dengan hal  simple, clean, and attractive. 
Target Pasar
Selama setahun berjalan, 85 persen pemasaran produk jam tangan Matoa masih melalui online, baru 15 persen saja bisa didapat langsung di toko. Untuk pasar lokal, produk Matoa sudah ada di beberapa kota besar seperti Bandung, Jakarta, Surabaya, hingga Pulau Bali. Sedangkan untuk pemesanan dari mancanegara, dilakukan lewat website. Sampai saat ini, pemesanan dari luar negeri masih terus berkesinambungan setiap bulannya, terutama dari Jepang.
Target Pelanggan dan Harga
Untuk target konsumen sendiri  yaitu kelas menengah ke atas karena harga eco watch Matoa dibandrol Rp 890 ribu sampai Rp 1,5 juta. Harga ini sesuai dengan biaya produksi. Apalagi jam tangan Matoa juga buatan tangan. Konsumen yang dibidik adalah penyuka jam kayu dengan rentang usia 20-35 tahun

2.2.2.      Posisi dan Janji Merek MATOA
Kapasitas produksi Matoa Watch saat ini mencapai 300 unit perbulan dengan 30% produksi berorientasi ekspor mancanegara. Pola produksi yang dipertahankan dalam kondisi yang terbatas, dengan proses produksi based on order membuat Jam Tangan Matoa efektif dalam kerangka pembuatan, sehingga dengan demikian Jam Tangan Matoa  tetap berkonsentrasi dalam  fokus peningkatan  kualitas produk
yang akan dinikmati pelanggannya. Bagi produk baru, ide kreatif serupa Jam Tangan Matoa jelas bukan tanpa peniru, oleh sebab itu bentuk hambatan kedepan yang akan dialami Jam Tangan Matoa adalah membentuk dirinya secara spesifik yang berbeda dengan produk subtitusi dan setaranya yakni jam tangan berbasis karet dan stainless steel. Jam tangan kayu Matoa punya garansi satu tahun. Jika kayunya patah, maka dapat diganti dengan yang baru. Kepentingan strategis Jam Tangan Matoa  adalah membangun pola komunikasi interaktif dan dialogis perlu dibangun untuk membentuk lapisan konsumen loyal yang akan membantu proses promosi dengan aspek testimonial melalui mekanisme refferal atas word of mouth pengguna Matoa Watch yang terpuaskan kepada audiens yang meluas. Karena perpaduan Style and Culture akan menjadi sebuah efek yang menarik, ketika kesadaran itu dapat dibangun secara nasional.




2.2.3.      Pemanfaatan Ekuitas Merek Matoa
Lucky D. Aria termasuk salah satu produsen jam tangan kayu yang terbilang sukses. Terjun ke bisnis ini sejak Februari 2013, ia bisa meraup omset hingga ratusan juta per bulan. Jam tangan merek Matoa bikinannya juga berhasil menembus pasar manca negara, antara lain Jepang, Malaysia, dan Singapura. Ide awal bisnis ini didapatnya saat tengah berkunjung ke Amerika Serikat pada awal 2012. Di Negeri Paman Sam itu, ia menemukan jam tangan kayu seharga Rp 1,8 juta. Selain harganya lumayan mahal, mayoritas bahan kayunya juga berasal dari Indonesia.
Hingga saat ini, Lucky sudah memproduksi Matoa dalam tujuh varian jam tangan, antara lain Sumba, Flores, Moyo dan lain-lain. Jam tangan itu dibanderol seharga Rp 890.000–Rp 1.500.000 per piece. Harganya lebih murah dibandingkan di Negara Paman Sam tersebut. Jam tangan bikinan Lucky masih serba tradisional. "Hanya 30 persen dari proses produksi dikerjakan oleh mesin. Sisanya masih memakai tangan," tuturnya. Dalam memproduksi jam tangan kayu ini, Lucky dibantu 17 karyawan. “Dari jumlah itu, semuanya adalah barang pesanan," ucapnya.  Lantaran produksinya berdasarkan order, sudah ada jaminan setiap jam bikinannya bakal ludes terjual. Dari produksi sebanyak itu, ia bisa mengantongi omset hingga Rp 267 juta per bulan

2.3    Penerapan Prinsip IMC dalam Merek MATOA
2.3.1.      Prinsip Pertama
Saat ini tipe yang paling diminati adalah Rote. Bentuknya yang simple dan cocok untuk pria maupun wanita membuat tipe ini laris di pasaran. Menurut dia, konsumen harus dimanjakan dengan inovasi yang baru. Itu sudah menjadi karakter dalam bisnis produk kreatif. Jam Tangan Matoa ini diperjualbelikan di Indonesia agar konsumen Indonesia bisa menikmati jam tangan kayu asli buatan lokal dan bermerek. Strategi utama Jam Tangan Matoa ini adalah Word Of Mouth , yaitu  bagaimana  caranya dengan biaya  semurah mungkin
orang bisa banyak tahu.
2.3.2.      Prinsip Kedua
Menurut Moriaty dkk (2011), IMC dikembangkan atas dasar ide bahwa apa yang diintegrasika adalah alat-alat promosi. Salah satu media komunikasi yang diguanakan oleh ”Matoa” adalah media online. 85% Jam Tangan Matoa dipasarkan melalui online maka jenis alat yang digunakan adalah internet. Sedangkan, 15% dijual langsung ke toko. Ada pula Jam Tangan ini diiklankan sehingga banyak menarik minat pembeli untuk membeli produk tersebut.
2.3.3.      Prinsip Ketiga
Merek Matoa sudah memasarkan jam tangan buatannya ke luar negeri. Permintaan dari luar negeri lebih tinggi daripada dalam negeri.
Secara rutin ia menjual barangnya di banyak mall-mall besar di Indonesia seperti Grand Indonesia. Sarinah, Tunjungan Plaza dll. Ia juga sudah memiliki kerjasama dengan berbagai galeri di luar negeri seperti di Malaysia, Jerman, dan Amerika Serikat.




BAB III
KESIMPULAN

3.1.  Kesimpulan
1.    Nama “Matoa” merupakan nama pohon yang hanya ada di Indonesia. Jadi teridentifikasi sekali bahwa produk ini berasal dari Indonesia. Hingga saat ini, produk Matoa belum mengalami transformasi merek.
2.    Produk ini memiliki nama merek “Jam Tangan Matoa”. Produk ini memiliki Tagline yaitu“Urban, Simplicity, Nature”. Produk ini dipasarkan melalui online dan outlet. Proses produksi dikerjakan oleh mesin. Sisanya masih memakai tangan.
3.      Strategi utama Jam Tangan Matoa ini adalah Word Of Mouth , yaitu bagaimana caranya dengan biaya semurah mungkin orang bisa banyak tahu.

3.2.  Saran
1.      Sebaiknya produk Matoa lebih mengenalkan produkya melalui berbagai media seperti iklan, bazar maupun pameran sehingga produknya lebih dikenal masyarakat
2.      Dalam pembuatannya, sebaiknya diproduksi secara besar-besaran didampingi oleh teknik pemasaran yang lebih baik. Permintaan produk Matoa yang tinggi mengindikasi bahwa peminatnya sangat banyak.
3.      Sebaiknya merek ini terus berinovasi sehingga tidak ketinggalan jalan dan teknologi sehingga bertahan dalam pasar.

2 komentar: