Sabtu, 03 Januari 2015

Sosum praktikum ke-7



Hari/tanggal : 19 November 2014                                                     pratikum ke-7
Sosiologi umum
SISTEM STATUS DAN PELAPISAN MASYARAKAT SISTEM STATUS YANG BERUBAH
Runtuhnya Sisten Status Kolonial dalam Abad Kedua Puluh
W.F. Werheim
SITUASI SOSIAL DUA KOMUNITAS DESA SULAWASI SELATAN
Mochtar Buchori dan Wiladi Budiharga
Oleh :
Arini Dwi Fikri Hanim/H24140001
Asisten :
Esti Khoerunnisa / H34110064

Resume 1 :
Sekitar tahun 1900, Belanda berhasil menegakkan kekuasaannya di Indonesia. Pelapisan masyarakat kolonial menurut garis ras mulai meluas. Tetapi, perkembangan dinamis menerobos dan meningkatkan mobilitas sosial. Terdapat pertentangan antara kepentingan petani bumi putera dengan kepentingan pengusaha barat sehingga paham individualisme  mengalami kemajuan.
Pendidikan juga mempunyai pengaruh dinamis di pulau jawa sehingga banyak cendekiawan yang berkumpul di Jawa ketika bersekolah dan setelah selesai sekolah. Hal itu meningkatkan profesi di Jawa yang berdampak meningkatnya ekonomi. Tetapi, pengaruh faktor2 ini terlindung oleh cara tradisional masyarakat jawa. Bentuk pendidikan yang diberikan di jawa bertentangan dengan konsep2 bumi putera. karena jumlah pendapatan orang yang memiliki keahlian relatif tinggi maka usaha memburu ijazah membuat orang menjadi individualisme.
Adanya kelas ini mempengaruhi sistem nilai kemasyarakatan dalam masyarakat indonesia. Pendidikan barat memberikan kesempatan kepada orang indonesia untuk mengisi jabatan pemerintah sehingga dasar sistem status kolonial secara berangsur-angsur rubuh. timbulnya keintiman kebudayaan antara orang indonesia dan eropa menghilangkan perbedaan ras dan menambah ketegangan. Persaingan ini semakin hebat dimana orang yang sedikit pendidikan tidak dapat menerima pelapisan sosial sedangkan yang lain merasa mendapat keuntungan dan membentuk persatuan. Di pihak lain, kalangan orang indonesia yang lebih besar cenderung bersatu dengan kesadaran kebangsaan yang menimbulkan nasionalisme yang tidak mau berkerjasama dengan belanda.
Pedagang indonesia jumlahnya semakin besar membuat pedangang cina tidak lagi memegang monopoli. para cendekiawan cina mulai bersaing memperoleh jabatan tinggi di pemerintahan dengan mengadakan solidaritas yang lebih kuat. Dengan demikian kedudukan istimewa diduduki oleh orang eropa dan cina menjadi kurang stabil. Terdapat suatu kencedungan ke arah suatu sistem nilai baru berdasarkan kemakmuran individual dan kemampuan intelektual seseorang tetapi umumnya masih ditahan.

Resume 2 :
Desa Maricaya Selatan
Desa Maricaya Selatan terdiri dari Tiga lapisan pokok : lapisan atas, lapisan menengah dan lapisan bawah. Sedangkan Tiga lapisan masyarakat dilihat dari segi ekonomi : 1. Lapisan ekonomi mampu (10%), terdiri dari para pejabat penting pemerintah setempat, para dokter, para insinyur, dan kelompok profesional, 2. Lapisan ekonomi menengah (60%), terdiri dari alim ulama, pegawai, kelompok wirausaha, 3. Lapisan ekonomi miskin (30%), terdiri dari para buruh tani, buruh bangunan, buruh pabrik dan buru2 sejenis yang tidak tetap.
Komunitas maricaya selatan yang bersifat homogen  berusahan menciptakan iklim yang lebih cair. Penduduk golongan mayoritas tampak cukup terbuka untuk membentuk pola pergaulan sosial yang akrab dengan golongan minoritas. Golongan ekonomi mampu dan menduduki lapisan sosial atas adalah orang yang berpendidikan perguruan tinggi. Golongan atas dan menengah memiliki perpustakaan pribadi memberi kesan bahwa meraka adalah seorang terpelajar. Selain itu, terdapat dua golongan berdasarkan kepunyaan pesawat TV yaitu golongan yang mampu beli pesawat TV dan golongan yang tidak mampu membeli pesawat TV. Pada acara TV tertentu masyarakat kurang mampu berkumpul untuk melihat TV di keluarga yang punya TV menciptakan keakraban sosial yang bersifat tradisional. Mayoritas penduduk maricaya selatan beragama islam sehingga menyelenggarakan pendidikan keagamaan dibiayai iuran peserta.
Desa Poliwali (Semi Urban)
Masyarakat polewali membagi lapisan masyarakat menjadi 3 lapisan, yaitu : Lapisan atas, Lapisan menengah dan lapisan bawah. Pada masyarakat kedudukan pemangku adat pada seorang Bugis, sedangkan kedudukan alim ulama ditangan orang Bugis dan Mandar. Kelompok pejabat dan pegawai terdiri dari orang Mandar dan Toraja.Kelompok pedagang diisi oleh orang Bugis, Jawa dan Cina, sedangkan pada kelompok buruh terdapat orang Jawa, Makasar dan Toraja. Sedangkan secara ekonomi masyarakat Polewali nampak terdiri  dari tiga lapisan, yaitu lapisan orang ‘kaya’ (35%) , lapisan orang ‘sedang’ (55%) dan kelompok ‘miskin’ (10%)
Kelompok orang bugis dan makassar merupakan kelompok paling besar pengaruhnya. Para pemangku adat, alim ulama dan kelas menengah hidup dengan gaya hidup sederhana, sedangkan kalangan pejabat hidup dengan gaya hidup mewah. MAsyarakat polewali menjunjung tinggi suatu pendidikan dan keagamaan. Hal ini mengembangkan perlakuan agama secara simbiolis. Mayarakat Polewali pada dasarnya merupakan masyuarakat yang lugas mengisi kehidupan mereka sehari-hari dengan berbagai usaha untuk menghadapi dan menyelesaikan persoalan-persoalan nyata yangt terdapat dalam lingkungan mereka. Pada tahap perkembangan seperti ini Masyarakat Poleweli berada pada tahap Inward looking kecuali golongan pejabat. Hal ini diperkuat dengan jumlah TV dan koran yang terbatas dan menjadi simbol kemewahan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar